detik waktu telah terurai
disepanjang arah langkahku
curam securam ngarai
tajam setajam sembilu
tersimpan dibalik dinding
memaksaku tak berpaling
hanya pekat cahaya muram
menyelimuti setiap malam
rintik hujan mengalun lirih
bersama anak angsa merintih
menunggu pagi yang datang
ingin segera membawa pulang
di dadaku masih tersimpan asa
meski kian jauh tangan meraih
warna kelam terbentang di sana
mengikis hari yang jauh beralih
masih terngiang pesan bunda
menjelang pergi bersama senja
tetaplah melangkah meniti karang
meski berliku nanti kian lapang
hati rasanya ingin menangis
ketika airmata telah tiris
terhempas di bawah kaki bukit
bersandar pada bayang langit
aku ingin berhenti disini
tapi aku tak mampu kembali
menatap wajah-wajah sayu
bersenandungkan lagu sendu
pucuk daun cemara berbisik manja
melambai-lambaikan dahannya
sekadar memberi satu pertanda
bahwa kita masih ingin bersama
semilir bayu yang sejuk
kinipun enggan mengalir
udara sesak kian merasuk
membakar jiwa yang getir
aku ingin berbaring sejenak
nikmati hari-hari yang kosong
sambil membaca seribu sajak
lembar kisah para pembohong