jemari tanganku bergemetaran kala pertama
merangkai aksara demi tuangkan rasa didada
bersama denyut jantung berdetak tak beraturan
terkurung dalam nuansa penuh ketidakpastian
mengingatmu adalah setiap hela nafas yang kuhirup
lembut belai tutur katamu membuat duniaku hidup
menatap senyummu adalah lengkung pelangi nan indah
kilau bola matamu mampu teduhkan jiwaku yang resah
hingga detik-detik malam yang terasa berjalan amat pelan
menemaniku terbang ke alam imajinasi temukan bayangmu
bagai bintang mencari rembulan bersembunyi dibalik awan
bercengkerama denganmu didalam kerangka mimpi semu
tenggelam dalam lautan rindu yang menggenang di dada
terpasung jerat tali asmara yang tertanam di relung jiwa
sepasang mata berkaca membasuh perih dalam batin
sekeping hati menangis terbungkus selimut biru satin
indah wajahmu tergambar saat kelopak mataku mengatup
dalam sepi candamu terdengar di setiap sudut penjuru ruang
biarlah kecil api lentara cinta kujaga agar tak kian meredup
sebagai pelita terangi sisa jalan gulita hingga pagi menjelang
mengharapkanmu hadir disini laksana bulan jatuh dalam pelukan
memeluk erat tubuhmu bagaikan merengkuh lingkar pegunungan
mungkin aku hanya bisa menulis kata diatas kanvas pengharapan
kepada hujan aku bersaksi dan kepada langit semuanya kuserahkan
aku adalah pemilik cinta yang sederhana dan tak harus memilikimu
bila masih ada waktu di dunia, ijinkan aku 'tuk terus mengenangmu
.oOo.
Jakarta, 15/02/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H