angin berdesir membelai rambutmu yang hitam panjang
diatas butiran pasir kakimu yang putih telanjang
senyum manjamu merekah di bibir merah merona
sebagai pertanda bahwa duniamu tengah tertawa
jemari tanganmu yang lentik kupegang erat
semerbak wangi tubuhmu hadir begitu dekat
berjalan seiring membelah bibir pantai
diantara paduan suara nyiur melambai
burung camarpun bersuka melihat dua insan
sebagai satu adegan drama roman picisan
alam semesta seakan hanya milik berdua
menikmati waktu yang tertaut tanpa jeda
aku bercerita tentang sampan di tengah lautan
dimana kau dan aku terkurung dalam kerinduan
berlayar menuju ke pulau yang tak berpenghuni
melepas hasrat yang menyatu di ranah surgawi
namun kau bertanya kepadaku masih adakah waktu
yang berpihak kepada kita pada ujung cerita
aku tertegun menatap matamu yang tampak layu
kisah apa sesungguhnya yang sedang melanda
jika awan mendung bergelayut di angkasa
bersama petir menyambar menggetarkan hati
masihkah ada cinta yang selalu hadir bersama
memeluk janji yang dulu pernah disepakati
aku terdiam ketika bibirmu bergetar merangkai kata
begitu banyak cinta yang musnah di tengah perjalanan
sebagaimana kisah romeo yang terpisah dengan julia
lukisan asmara indah yang pupus sebelum sampai tujuan
aku terjaga dari satu mimpi tentangmu di masa lalu
kini kusadari bahwa cinta tak pasti terjaga utuh
seperti yang pernah kau sampaikan kepadaku dulu
aku terbaring sendiri tanpa dirimu di sampingku
biduk cinta terbelah oleh pusaran waktu
dan kini karam di dasar lautan biru
melenyapkan segala angan, impian dan harapan
bersamamu hanyalah sepenggal kisah kehidupan
#donibastian
highlander, 02/07/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H