demi waktu yang t’lah bergulir dan tak terulang lagi
demi rindu yang mengalir deras di dalam ruang hati
atas nama cinta yang di puja pria untuk gadis jelita
atas segala rasa yang tercipta saat pandang pertama
mungkin Tuhan sedang berbaik hati kepada hambanya
seperti kembang bermekaran menyambut embun pagi
angin meniup lirih bersama rintik hujan mengetuk jendela
pintu terbuka bagi hati yang selama ini diam dan terkunci
engkau tak harus punya sayap bagai malaikat dari surga
tak perlu bibir mereka mengucap kalimat penuh warna
cukuplah bagiku atas segala yang ada pada dirimu saja
kau adalah bintang yang berpijar menerangi seluruh jiwa
entah mengapa kupu-kupu datang di musim kemarau panjang
sementara pucuk daun ilalang mulai tampak lusuh dan usang
putik bunga kembali tumbuh saat angin senja datang menjelang
angsa jantan memanggil-manggil anaknya agar segera pulang
menghitung hari adalah satu hal yang paling kubenci
menunggu di tengah waktu yang berjalan amat pelan
detak jam dinding di sudut kamarku setia menemani
bersama riuh suara sepi yang memecah keheningan
sungguh aku tak ingin terperangkap di alam maya
namun aku tak mampu menghindar dari kenyataan
kupandangi wajah rembulan dari balik jendela kaca
meski ku tahu bahwa cinta sebatas memuja angan
namun kisah perjalanan ini harus terus kupacu
menyusuri langkah menembus belantara sunyi
bila suatu saat kau tak lagi hadir dalam mimpiku
biarlah kenanganmu kusimpan disela bait puisi
#donibastian – lumbung puisi
GF – 8/12/2015
ilustrasi gambar : diarystory.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H