kupandangi tubuh tirus di pelataran jantung kota jakarta
dalam diam tegak berdiri kukuh menjulang mencabik awan
tumbuh cemerlang di tengah putaran waktu malam gulita
membelah hamparan langit kelam penuh bintang bertaburan
dari bawah telapak kakimu terpancar kemegahan suasana
memendam kisah pedih perjuangan para pendiri bangsa
bergerak serentak menyatu irama pekik suara merdeka
membingkai panorama terlukis gelora jiwa yang menyala
di puncak tubuhmu yang kekar tergambar seikat lidah api
menyirat kemilau cahaya emas yang tak kunjung padam
perlambang semangat kebangsaan yang tak pernah mati
robohkan semua tantangan memutus rantai penjajahan
di antara lidah api yang menyala aku melihat perempuan
sorot matanya yang tajam tertuju di sudut serambi istana
rambutnya yang panjang adalah bukti sebuah kesetiaan
menjaga pesan perdamaian yang dititipkan kepadanya
airmatanya berlinang seakan ikut merasakan kepedihan
saat rumput ilalang yang pupus tergilas roda kekuasaan
tatkala wajah dusta para penguasa tampil diatas mimbar
ketika anak-anak angsa menangis dibawah sayap ibunya
sesekali perempuan itu menghela nafas panjang
bila ada rasa dendam yang masih saja tersimpan
bukankah kita semua dalam satu ikatan keluarga
berdamailah demi menuju ke gerbang kebahagiaan
perempuan yang diam bersimpuh diatas puncak sana
seperti ibu pertiwi yang setia menjaga anak-anaknya
dari dalam lubuk hatinya senantiasa terangkai kata doa
untuk sebuah negeri yang makmur, damai dan sejahtera
.oOo.
@donibastian - lumbungpuisi
highlander - 21/07/2015
sumber gambar : dream.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H