Mohon tunggu...
Doni Bastian
Doni Bastian Mohon Tunggu... Penulis - SEO Specialist

Sekadar berbagi cerita..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Hendak Kau Bawa Kemana Negeri Ini?

17 Februari 2016   02:19 Diperbarui: 17 Februari 2016   02:50 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

aku ingin bertanya kepada puncak cemara
kemanakah arah hujan ‘kan membasah
mengapa telaga biru masih saja kau tuju
sementara pelataran kering tak terjamah

kudengar rangkaian misi membangun kerangka besi
sedangkan jembatan kayu rapuh kau biarkan rubuh
membuka jalur kereta kencana di atas tanah jelata
jalan setapak penuh lubang dan duri tak terbaca

pada suatu pagi anak ingusan bergelantungan
berpegangan seutas tali yang membelah kali
baju seragam merah putih penuh ciprat lumpur
demi menuju meja kelas di dalam gubuk kumuh

seorang lelaki merintih sendiri berselimut penderitaan
berteman lama dengan rasa sakit yang tak terobati
terlentang dalam diam menunggu datang kematian
seiring waktu berjalan makin pelan dan berakhir sepi

batang penopang ruang sekolah bagai istana rayap
jarak dinding batu yang menjauh terpisah oleh retak
gemuruh  suara anak-anak angsa sedang belajar membaca
di bawah langit-langit yang siap jatuh menerjang kepala mereka

detak jantung ibukota menambah riuh tempat bermain anak jalanan
terlepas dari ampuan sang induk yang sibuk mengurus uang recehan
berteduh di bawah rumah petak di antara gedung pencakar langit
bertarung melawan zaman di tengah kehidupan yang semakin sulit

tidakkah kau buka mata hatimu dan lihatlah jauh disana
siang malam benakmu berputar demi untung yang kau kejar
pernahkah terlintas di ruang pikirmu apa yang tengah terjadi
di sudut dusun seikat rumput ilalang mati terlindas tirani

berjuta janji para petinggi telah menguap menjadi awan mendung
sejenak tertidur lelap di atas kursi yang dulu mereka usung
terlupa akan riwayat perjalanan panjang yang dirajut bersama
hanya berbekal mulut manis tanpa pernah berwujud nyata

manusia berdasi mendengkur di kala sidang paripurna
di luar jendela para kuli menjerit minta didengar nasibnya
politisi berbicara lantang berlagak bayi tak berdosa
sepanjang hari menebar dusta demi menjaga citra

si kecil bertanya, hendak kau bawa kemana negeri ini
sedangkan di pundakmu tersimpan setumpuk asa
ulurkan kedua tangan demi wujudkan seribu mimpi
jangan biarkan mereka karam di dasar lautan derita

.oOo.

#donibastian
GF, 17/02/2016

ilustrasi gambar : www.tripadvisor.co.uk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun