-E = m.c.dtEnergi kalor (E),m (massa), c (kalor jenis), dt (perubahan suhu)
-E = P.tEnergi listrik (E), P (daya), t (waktu)
-dll
Namun tak ada pesamaan yang menghasilkan energi sebesar dan sedahsyat sistem persamaan E= mc2 ini, bahkan oleh para ilmuwan energi hasil rekasi pada sistem persamaan ini dianggap sebagai energi terbesar di semesta alam.
Dengan penemuannya tersebut, Einstein bukan hanya membantah pengetahuan sebelumnya yang mengatakan bahwa materi itu kekal abadi, namun juga membuktikan bahwa bila ingin mendapatkan energi dalam jumlah besar, maka musnahkanlah unsur materinya. Namun satu hal yang harus diingat : materi tetap diperlukan karena ia merupakan bahan baku penghasil energi.
Sama halnya dengan kehidupan kita sehari-hari, hidup dengan materi tetap dibutuhkan. Lalu, salahkah sikap matre yang berorientasi pada pemenuhan hasrat terhadap materi? sama sekali tidak, justru kecenderungan tersebut adalah modal dan potensi untuk dapat menghasikanenergi. Sepanjang memenuhi kaidah alam, yaitu tetap melibatkan cahaya dalam menjalankan kehidupannya.
Perhatikan lagi rumusan ini : E= mc2 . Dimensi cahaya merupakan dimensi kuadrat, berbeda dengan materi yang berdimensi tetap. Jadi pertambahan nilai cahaya menjadi jauh lebih besar dibandingkan materi. Tak heran bila ada orang yang puluhan tahun hidup bergelimangan dosa dan kesalahan lantaran hidupnya hanya berorientasi pada materi, namun saat ia tersentuh unsur cahaya, dalam sekejap hidupnya dapat berubah.
Mungkin inilah yang dimaksud dalam syair lagu : “bila selangkah kurapat padamu, seribu langkah Kau rapat padaku”.
(Doni Swadarma)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H