Gerindra dan PKS mengusung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi Cagub dan Cawagub DKI Jakarta. Benarkah Anies tak hanya sekedar balas dendam atau kurang puaskah di kancah politik nasional? kita flashback saja ketika Reshuffle Kabinet Kerja Jilid 2 Jokowi – JK bergulir pada waktu, sempat menjadi polemic, apalagi terkait pencopotan Anies Baswedan dari kursi Menteri Pendidikan, Anies Baswedan kita tau dahulu adalah “Motor” di balik pencitraan Jokowi – JK di Pilpres 2014. Bertindak sebagai Juru Bicara Anies Baswedan tampil all out. Bukan hanya memoles citra Jokowi-JK, Anies Baswedan pun tidak segan-segan menyerang sehingga sempat beberapa kali bersitegang dengan kubu lawan. Salah satu serangannya yang paling dikenang adalah tuduhan Prabowo Subianto, yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, dibeking mafia.
Semenjak menjabat sebagai Menteri Pendidikan Anies sanggup menancapkan pilar-pilar dasar pendidikan di Indonesia dengan sangat baik. Seperti kita tahu, pendidikan merupakan fondasi utama sebuah bangsa sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan sektor lain. Dalam UUD 1945 Amandemen ke 4 pasal 31 ayat 4 disebutkan bahwa alokasi anggaran pendidikan dari APBN dan APBD minimal 20 persen. Kebijakan ini berlaku sudah beberapa tahun tetapi perubahan paradigma hingga kasus-kasus di sektor pendidikan masih marak terjadi. Bahkan pada Hari Pendidikan Nasional tahun ini ada beberapa kejadian tragis menyangkut siswa hingga pendidik baik di kelompok pendidikan informal hingga pendidikan formal.
Prof Anies yang memprakarsai Indonesia Mengajar memang mampu membuat gerakan sosial yang massif diberbagai pelosok Indonesia. Selain itu, alokasi anggaran pendidikan terus berkembang dan tahun ini saja alokasi anggaran mencapai Rp 407 T. Terobosan lain yang juga dilakukan Anies misalnya membaca buku 15 menit pertama untuk pelajar, orang tua diminta mengantar anak di hari pertama sekolah, penghapusan kekerasan dan pemberian tugas MOS yang tidak mendidik dan lainnya. Namun rupanya beberapa kebijakan yang dilakukan tidak lah cukup dilihat oleh Presiden Joko Widodo sebagai kiprah untuk mewujudkan Nawa Cita.
Artinya yang dilakukan Anies Baswedan meskipun baik namun itu tidak cukup. Pendidikan Indonesia membutuhkan orang-orang yang mampu membuat terobosan yang jelas dan memiliki dampak langsung pada perubahan paradigma pendidikan. Sebut saja hingga saat ini yang namanya pungutan di sekolah masih marak terjadi.Atau misalnya pungutan untuk beli buku, beli seragam, kaos kaki hingga sumbangan pendidikan dengan mudah kita temui di sekolah anak-anak kita.
Sepertinya apa yang di lakukan Anies di masa jabatannya justru di anggap sebuah manuver yang jauh dari keinginan Jokowi sebagai pemangku kebijakan. Manuver yang di lakukan Anies berujung pencopotan dirinya dari kursi Menteri Pendidikan, pemerintahan khususnya Jokowi melihat Anies justru melakukan kinerja berdasarkan visi dan misi dirinya sendiri, bukan justru menyuarakan visi dan misi Jokowi pada waktu itu.
Apa untungnya bagi Prabowo Subianto dan Kawan-kawan (Gerindra & PKS)? Pada dasarnya pencalonan Anies baswedan berawal dari ketidaksiapan Sandiaga Uno di Kompetisi Pilkada DKI Jakarta, setelah melakukan beberapa survey internal terbukti sandiaga tak cukup oke untuk bertarung dengan par calon lawan yang terlihat hebat, meski mempunyai finansial yang cukup luar biasa, Sandiaga Uno Akhirnya merelakan posisi nya kini di geser menjadi cukup Wakil saja mendampingi Anies Baswedan.
Ini jadi momentum bagi Anies untuk sekali lagi bermain peran dalam kancah politik nasional terutama DKI Jakarta saat ini.
Kenapa harus Anies? Dalam konteks Head To Head Anies Baswedan di anggap sanggup menandingi kedua lawan nya, design yang di bangun Anies menurut mereka bisa di unggulkan saat ini, mengingat diriya pernah menjadi salah satu actor pemenangan Jokowi JK saat itu, alasan lain kenapa Anies yang terpilih ialah, Gerindra dan PKS sampai pada batas akhir pendaftaran Cagub dan Cawagub belum bisa menemukan tokoh mumpuni yang di maksud, ditambah dengan kegalauan dan sikap dilematis Prabowo Subianto yang harus merelakan keinginan dan keteguhan hati nya untuk memantapkan sandiaga untuk maju di Pilgub DKI Jakarta, karena bagaimanapun Sandiaga merupakan Kader Gerindra terbaik yang mereka punya.
Ya anggap lah kini Anies hanya punya modal mulut dan kaki saja, karena untuk masalah finansial ataupun untuk menyumbang untuk kampanye saja Anies tidak begitu banyak mengeluarkan moda yang fantastis, justru calon wakilnya lah yang mengeluarkan dana begitu besar untuk pemenangan Anies – Sandi, dari data terakhir yang di publis oleh media sumbangan terbesar untuk kampanye Anies Sandi di lakukan oleh Sandiaga Uno sendiri, dengan nominal sebesar 34 M, hampir 95 persen dana tersebut berasal dari koce Sandiaga sendiri.
Kini hanya tinggal menunggu waktu saja bagaimana kisah drama Pilgub DKI untuk pasangan Anies dan Sandi, begitu juga Agus – Sylvi yang tampil cemerlang, atau Ahok – Djarot yang kini bagai bulan terbelah dua, yang satu asik blusukan, yang satu justru sedang dalam proses hukum. Namun pada akhirnya nanti akan ada pemenang. Siapakah mereka?
Salam!