Mohon tunggu...
Analisis

Pemilih Pemuda, Golput dan Buta Memilih Bukan Solusi

27 Februari 2019   13:01 Diperbarui: 27 Februari 2019   13:33 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilih berdasarkan usia

Syarat sebagai usia pemuda, telah dituangkan dalam UU RI nomor 40/2009, pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1, yang menyebutkan bahwa kategori pemuda adalah warga negara yang berusia 16 tahun sampai 30 tahun.
Sementara pada pemilu kali ini, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ini menyebutkan, Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin, atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih.

Berdasarkan regulasi yg ada maka dapat dikatakan bahwa kategori pemilih pemuda berada pada usia 17-30 tahun. Usia yg diharapkan mampu berfikir rasional dan visioner menata bangsa dan daerahnya untuk lebih baik kedepan. Yang tidak mudah di iming-imingi oleh apapun hanya untuk memuaskan kepentingan pribadinya. 

Dari klasifikasi data DPT yang dikeluarkan oleh KPU kab.Mamasa menunjukkan jumlah pemilih pemuda berkisar 39,51% dari total DPT di kabupaten mamasa. Ini menyiratkan bahwa suara para generasi mudah sangat berpengaruh pada perhelatan kontestasi politik pada 17 April 2019 mendatang. 

Polemik yg dicerminkan setiap kali perhelatan kontestasi politik diselenggarakan, acap kali membuat kita (generasi muda) jenuh dan apatis. Isu-isu yg memecah bela, janji-janji manis yang entah kapan terealisasi, ujaran kebencian, masih saja dipertontonkan oleh para kontestan mulai dari eksekutif sampai kepada legislatif. Bahkan yang tersirat sekarang, banyaknya calon-calon legislatif bermunculan terkesan hanya sekedar ikut meramaikan dengan tujuan menambah pundi-pundi suara bagi calon yang bermodal besar.

Hal demikianlah yang saya sebut diatas menjadikan sebagian generasi muda menjadi malas dan tak mau melibatkan diri dalam memutuskan siapa yang pantas untuk mewakilinya, sehingga memilih untuk GOLPUT. Tidak hanya itu banyak juga yg memanfaatkan pemilu sebagai ladang mencari nafkah. money politic/serangan fajar itulah yang dinanti-nanti, pemilih ini dikategorikan sebagai buta memilih.

GOLPUT dan buta memilih, apakah solusi? Saya kira itu bukanlah solusi, itu hanya akan memperparah keadaan. Dibalik polemik-polemik yang sering terjadi, mari kita betul-betul melihat dengan jeli dan dengan mata hati kita, bahwa pasti ada diantara sekian kontestan yang masih punya kapabilitas yang baik untuk kita perjuangkan.

Lalu bagaimana cara menentukan yang terbaik? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:
1. Melihat track record
   Melihat "rekam jejak" dapat kita lakukan, untuk mengevaluasi prestasi-prestasi yang telah dicapai. Pengalaman-pengalaman dalam berorganisasi seperti apa? Bahkan melihat kesalahan-kesalahan apa yang diperbuat?
2. Menilai visi dan misi para kontestan
   Melihat visi dan misi yang jelas, bagaimana itu semua berpihak pada khalayak umum, bukan untuk kelompok tertentu maupun dirinya sendiri.
3. Program-program yang ditawarkan
   Program yang ditawarkan harus muncul dari pribadinya sebagai basil karyanya, bukan program-program yang telah ditawarkan oleh orang lain atau instansi yang lain. Program yang betul-betul pro rakyat.
4. Yang betul-betul merakyat, bukan kebetulan merakyat.
    Jangan karna ada maunya, lalu seolah-olah peduli dan merakyat. Padahal dalam kesehariannya tak pernah tau bagaimana kondisi masyarakat disekitarnya. Lebih kasarnya kalau saya sebut "arogan".
5. Ideologi yang dibangun sejalan ideologi bangsa

Kemajemukan kian hari kian tergerus oleh adanya ideologi-ideologi yang tidak sejalan dengan indeologi bangsa. Kebebasan untuk beribadah, pengkerdilan beberapa kelompok, dan banyak lagi persoalan-persoalan yang diakibatkan akan hal tersebut.

Sekali lagi GOLPUT dan buta memilih, bukan solusi. Generasi muda harus berada pada garda terdepan untuk menuntaskan persoalan-persoalan yang terjadi ditengah-tengah bangsa ini.

Wujudkan generasi muda yang betul-betul melihat peluang pengaruhnya untuk memutuskan siapa yang benar-benar berkompeten mewakili rakyat dan membangun kab.Mamasa lebih baik kedepan.
Cerdas Pemilihnya, Berkualitas Calegnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun