Mohon tunggu...
M Romadoni
M Romadoni Mohon Tunggu... Freelancer - saya Mahasiswa di Universitas Sriwijaya

To infinity and Beyond

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Analisis Konflik Penembakan Jendral Iran Qasem Soleimani dalam Perspektif Realisme

13 Maret 2020   13:03 Diperbarui: 10 April 2020   20:25 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 Pada tanggal 3 Januari 2020 Jendral Iran Qasem Soleimani Bersama delapan orang lainnya dilaporkan tewas karena serangan udara (rudal) yang diluncurkan oleh Amerika Serikat ke bandara internasional di Baghdad, Iran. Amerika Serikat mengakui mereka bertanggung jawab atas penyerangan mereka dan juga jendral amerika serikat mengatakan alasan AS meluncurkan serangan kepada Iran karena mereka mendapatkan informasi dari intelejen terpercaya bahwa pihak jendral dan kawanan Iran sedang merencanakan sebuah penyerangan yang cukup signifikan terhadap Amerika Serikat.

            Qasem Soleimani merupakan pimpinan pasukan elit dari Quds Force yaitu satuan pasukan khusus yang dimiliki negara Iran. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, "Kami mengambil aksi tersebut untuk menghentikan perang bukan untuk memulai perang", dan pemerintahan Iran mengklaim bahwa penyerangan terhadap Jendral Qasem Soleimani adalah tindak kriminal internasional dan pihak Iran mengancam akan melakukan serangan balasan kepada Amerika Serikat.

            Peristiwa antara Iran dan Amerika ini dapat dikaitkan dengan Realisme karena kedua kubu ini saling melakukan kekerasan secara langsung saat bertindak, Iran membalas tindakan Amerika Serikat dengan cara menembakan rudal balistik ke pangkalan militer Amerika Serikat yang ada di Irak dan tindakan ini semakin memicu permasalahan antara Iran dan Amerika Serikat. Seperti yang kita ketahui dalam pandangan realis bahwa manusia dalam kehidupanya akan berkonflik dengan manusia lainnya karena sebenarnya mereka dapat saling mengancam satu sama lain. Seperti penyerangan Soleimani walaupun atas perintah presiden Amerika Serikat Donald Trump tindakan ini dibuat tanpa adanya kongres dan alasan pembunuhan Qasem Soleimani tidak dapat diterima oleh pemerintahan Iran karena tidak memiliki bukti yang jelas.

              Amerika sendiri pada dasarnya merupakan negara yang liberal tetapi mereka masih mempunyai sifat sifat realis, seperti asumsi realisme negara bertindak seperti layaknya manusia, mereka menggunakan power negaranya untuk memenuhi kepentingannya nasionalnya (national interest). Negara yang mempunyai power yang tinggi mempunyai pengaruh yang besar terhadap negara lain, misalnya amerika sebagai negara adikuasa yang sedang berkonflik dengan Iran memberikan sanksi ekonomi untuk membekukan aset-aset ekonomi, transaksi ekonomi, dan larangan perdagangan. Usaha Amerika Serikat memberikan sanksi bertujuan untuk menghindari ketegangan dengan Iran.

            Negara adalah aktor dalam hubungan internasional, karena sebuah negara akan mendapatkan kepentingannya dengan memperkuat power yang dimiliki dan juga di realis menjelaskan bahwa hubungan internasional itu bersifat kompetitif dan konfliktual. Negara negara akan memperkuat power negaranya demi memperkuat pengaruh mereka di wilayah internasional dengan begitu negara tersebut dapat survive (bertahan) karena konsep suatu hubungan internasional bersifat self help atau menolong diri sendiri. Konsep ini sama seperti  Amerika serikat yang membunuh jendral Iran Qasem Soleimani karena amerika serikat merasa terancam dengan adanya pergerakan Iran. Meskipun belum mempunyai bukti yang kuat tentang pergerakan pasukan Iran.tentara militer amerika serikat masih meluncurkan serangan berupa rudal kepada Iran sehingga menewaskan jendral Qasem solaimani.peristiwa ini sangat menjelaskan bahwa sebenernya negara itu merasa terancam dengan adanya negara lain.amerika serikat takut bahwa kekuatan militer akan tersaingi oleh Iran dan terdapat rumor bahwa Iran akan menyerang wilayah militer mereka, pihak Amerika serikat melakukan tindakan tersebut atas dasar pembelaan diri walaupun belum memiliki bukti yang jelas

            Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan, konflik antara Iran dan Amerika serikat merupakan masalah yang besar dan dapat memicu perang. Kedua belah pihak melakukan kekerasan dalam mengatasi permasalahan mereka karena seperti pemahaman realisme bahwa manusia dapat menjadi serigala bagi manusia lain. Mereka melakukan aksi ini untuk menyatakan bahwa negara mereka tidak takut untuk mengeluarkan kekerasan militer terhadap musuhnya.

Referensi:

Asmara, C. G. (2020, juanuary 4). Terungkap,alasan as targetkan pembunuhan jendral soleimani. Retrieved from CNBCIndonesia.com: https://www.cnbcindonesia.com/news/20200104073925-4-127595/terungkap-alasan-as-targetkan-pembunuhan-jenderal-soleimani

Peter Baker, R. B. (2020, January 11). Seven Days in January : How Trump Pushed U.S. and Iran to the Brink of War. Retrieved from The New York Times: https://www.google.com/amp/s/www.nytimes.com/2020/01/11/us/politics/iran-trump.amp.html

Plato.stanford.edu. (2017, May 24). Political Realism in International Relations. Retrieved from Stanford Encyclopedia of Philosophy: https://plato.stanford.edu/entries/realism-intl-relations/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun