"Ceritakanlah padaku tentang penjelajah waktu," kata Alina pada juru cerita itu.
Maka Juru cerita itu pun bercerita tentang Rangga: Pada suatu hari yang baik, di malam yang cerah, langit sangat terang lantaran bulan bersinar penuh, bintang nampak bertebaran berkerlipan telanjang bulat dalam pandangan, Rangga mendapat keajaiban.
Setelah beberapa pekan berselang Rangga belajar banyak sekali di perpustakaan Salakanagara. Ia kepincut satu buku tebal yang berjudul Kitab Masa Depan. Sebuah buku yang menceritakan sejarah dari asal muasal peradaban manusia sampai ramalan masa depan yang disampaikan serupa novel. Satu konsepsi yang berhasil mempengaruhi cara berpikirnya adalah bahwa manusia selalu dialektis. Gerak laju sejarah berjalin kelindan dipengaruhi oleh pertentangan kelas. Kelas yang berkuasa dengan kelas yang ditindas. Demikian terus bergantian antar kelas itu melalui perjuangan masing masing berdasar persamaan kepentingan.
Pada satu masa, kekuatan dua kelas itu sama kuatnya sehingga terjadi kehancuran yang meruntuhkan peradaban lama. Mereka yang tersisa membangun kembali perlahan dari puing-puing yang luluh lantak, kembali dari batu sampai maju lagi hingga melahirkan kelas kembali. Kelas yang berkuasa, dengan kelas yang dikuasai. Kelompok yang menundukkan berlawanan dengan yang ditundukkan.
Kepentingan adalah penyebab paling dasar pergerakan peradaban, kepentingan juga yang membikin tumbang peradaban. Tidak ada yang abadi di muka bumi, kecuali perubahan dan perubahan selalu dimulai dari kepentingan.
Kata pengantar buku bersampul mambang kuning itu memberi penjelasan mengenai seni mengelola kepentingan adalah keahlian khusus yang perlu ditempa terus menerus setiap waktu tanpa pernah lelah. Sebab itu yang akan senantiasa menjaga tatanan dunia pada jalurnya. Tidak ada yang saling salip yang menyebabkan kekacauan.
Menariknya di bagian interlude disebutkan bahwa yang memdinamisir tiap terjadi benturan kepentingan adalah perjamuan kahwa, alias kopi di tiap peradaban. Kopi juga dianggap sebagai minuman simbol penggerak peradaban. Sebuah fakta baru bagi Rangga yang mendaras kitab serba tahu itu.
"Kupikir ini semacam mesin pencari di eraku" gumam Rangga sambil terpesona begitu sampai halaman akhir.
Pertanyaan yang sempat berkecamuk hari-hari ia minum kopi di kaki Gunung Blau, banyak terjawab. Tentang keruntuhan Majapahit, tentang kemana Gajahmada setelah perang Bubat, apa saja penemuan Tesla, soal kemana Supersemar, apakah alien itu ada, kapan dunia melambat, mengapa Tan Malaka dibunuh, dimana Wiji Thukul semua terjawab di Kitab Masa Depan. Bahkan dengan runtut peristiwa banjir di Dubai sudah ia ketahui sebelum hal itu terjadi. Siapa presiden Indonesia sampai kiamat juga berhasil ia serap informasinya.
Sungguh petualangan yang menguras habis dahaganya akan peristiwa peristiwa yang penuh tanda tanya. Petualangan di dalam petualangan. Sebab kedatangannya di era Salakanagara menyebabkan pikirannya berpetualang mundur dan maju secara terpadu runtut air membayangkan kejadian demi kejadian sejak manusia pertama sampai akhir zaman.