Curut, anak kedua Babiwi paling bengal diantara saudara lainnya. Saat diminta belajar ke pawiyatan ia memilih menghabiskan waktu bersenang senang sehingga mogol tidak selesai. Oleh ibunya, Kanjeng Padmarini dikirimkan ke Simhapraja untuk masuk Pawiyatan yang asal ada cukup fulus sudah dipastikan lulus. Disana ia dititipkan kerabat dekat Rakryan Ajag. Kolega ayahnya yang dulu sempat menjabat menjadi duta kerajaan Rimba Raya.
Curut mulanya tidak tertarik untuk mengikuti jejak ayahnya. Ia memilih menjadi juru masak bagian dari kegemaran menjajal banyak makanan di rimba raya. Hampir seluruh jenis makanan di berbagai tempat yang masuk daftar unggulan sudah ia singgahi. Lewat prinsip amati tiru dan modifikasi ia lantas mendirikan usaha jasa boga. Ia membajak koki terbaik di tiap jenis hidangan. Dikumpulkan jadi satu dalam payung jumbuh imbuh jenama katering layanan seluruh keperluan pesta.
Pasarnya ia dapat dari gerilya satu persatu handai taulan, teman, kawan mitra ayahnya. Ia tembusi satu demi satu hingga tak pernah kosong dalam satu pekan aktivitas Jumbuh Imbuh. Dari bisnis ini rupanya ia belajar satu hal soal diplomasi meja makan.
Pelajaran penting itu ia dapat dari kebiasaan ayahnya membangun hubungan dan menundukkan yang berseberangan. Sejarah juga mencatat bahwa di masa lampau banyak kegemilangan dimulai dari obrolan meja makan. Persatuan Yunani saat menggalang kekuatan melawan Persia juga dimulai dari konsolidasi meja makan sekitar tahun 479 SM dikenal dengan peristiwa perjamuan makan Plataea. Era masa Renaissance di Eropa, diplomasi meja makan memperkuat hubungan diplomatik, menegosiasi pernikahan, dan mengamankan perjanjian. Pesta Makan Campo di Florio pada tahun 1458 adalah salah satu peristiwa penting bagian upaya memperkuat hubungan antara Spanyol dan Napoli.
Pertemuan meja makan terbukti memang efektif untuk meredakan ketegangan dan memungkinkan untuk mencapai kesepakatan. Pengamatan Curut yang jeli, membuat ia jadi punya mimpi berkuasa. Hingga akhirnya meminta jalan kepada ayahnya, merayu ibunya untuk meluluskan keinginannya dan membantu membujuk agar Babiwi luluh.
Hal yang berat sebenarnya. Ibarat menjilat ludah sendiri sebab sebelumnya Baginda sudah menyampaikan kepada khalayak banyak rakyat Rimba Raya anak anaknya tidak tertarik pada kekuasaan. Saat minum kopi sore di beranda istana Baginda akhirnya angkat bicara.
"Berat permintaanmu Nak, Ayah akan coba lobi ketua Partai Sakti Goru Ibu Gajah Suri. Semoga bisa turun rekomendasi agar kamu memulai jadi tumenggung dulu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H