Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kepala Hewan Melata Duduki Kursi Semua, Sri Baginda Maharaja Babi Berjaya di Dongeng Kopi

7 Maret 2024   00:15 Diperbarui: 7 Maret 2024   08:03 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri Baginda Maharaja Babi Siapkan Sejumlah Dukungan Logistik di Setiap Operasi Khusus. Dok. Dongeng Kopi

Ambisi Sri Baginda Maharaja Babi sejatinya sangat tinggi. Guna memuluskan rencana investasi dari negara tetangga, pembangunan jalan dan jembatan digalakkan.

Sungai sungai besar dibendung dijadikan dam agar saat kemarau Panjang tidak kekurangan pasokan air serta sumber energi terbarukan lewat turbin pembangkit. Ia kuang begitu percaya diri bila Rakyat Rimba Raya mampu membikin semua itu secara mandiri.

Urusan remeh temeh membuat perkakas makan saja akan diberikan kuasanya kepada Wana Wasa. Tetangga negara adidaya yang sudah menguasai sektor energi sampai pembangunan moda transportasi penghubung antar wilayah. Wana Wasa bahkan diberi kelonggaran membawa warganya untuk turut serta bekerja.

Sebuah ironi di tengah angka pengangguran yang sedemikian tinggi di Rimba Raya, lapangan kerja disodorkan kepada negara yang kaya akan perdu bambu.

Rakryan Ajag, adalah tangan kanan Sri Baginda yang menjalankan semua. Sebagai mentri utama, ia memegang koordinasi lintas peranan. Lobi-lobi, hingga kesepakatan yang dijalankan sebagian besar condong ke Wana Wasa.

Setiap Kerjasama diawali dengan minum kopi Bersama. Ada dua favorit tempat untuk pertemuan. Satu di kedai kopi bernama Dongeng Kopi, kedua di tempat pemandian air hangat Bernama Mara Seneng. Dua duanya ada di lereng Gunung Blau. Sekitar ujung alas mentaok wilayah Rimba Raya bagian tengah.

Rimba Raya aselinya negri yang kaya raya. Tanahnya subur, sumber dayanya semua ada. Hanya saja mereka yang memangku kepentingan, menduduki jabatan dikuasai kelompok pemakan segala. Pamgat Arayavan mewakili etnis serigala, Tirip Sarpa Naja representasi dari bangsa ular, Pangkur gla dari partai rubah, Mantri Mika perwakilan golongan tikus, Tawan Nakra adalah utusan dari geng buaya.

Belum lagi pejabat Adipati, Tumenggung, Akuwu, sampai dukuh semuanya adalah kepala hewan melata. Seluruhnya sibuk mencari bathi, memungut selisih, memulung untung, mendulang laba dari setiap Gerakan akibat jabatan yang diemban. Praktis kekayaan alam rimba raya hanya dikuasai segelintir pejabat yang disalurkan kepada mereka yang bersedia menyodorkan picis, mengisi pundi pundi pribadi yang sedang pegang kendali kuasa. Kekuasaan hanya bergulir dari orang orang itu melulu dengan konsepsi oligarki. 

Hutang membengkak sampai hampir 3.250.000.000 kati emas untuk membiayai pembangunan. Guna menyeimbangkan, rakyat rimba raya dinaikkan upetinya.

Pajak dipacak galak, semua hal dikenai retribusi dan cukai, sebagai bagian menambal kekurangan pengeluaran sekaligus mencicil utang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun