Hidung Wasu Dawala panjangnya sudah sampai Janggi di tahun kesepuluh kurang delapan bulan ini. Tiap kali mengoceh bertambah seruas jari, tiap kali bikin janji yang tak mungkin ditepati melar beberapa depa. Begitu terus tanpa ia sadari sudah melewati Walidipa, Sakasanusa, Gorom.
Undhagi Wiswaka adalah yang menjadikan Wasu sedemikian rupa. Sebagai teman membunuh sepi karena seorang diri diumur separuh baya, Dawala sudah diberikan pesan untuk menjauhi dusta. Sebab secara otomatis hidungnya akan memanjang tiap kali muncul kibul di sela ucapannya.
Aselinya Wasu Dawala periang. Itu penyebab banyak orang senang bermain dengannya, bersuka ria bersama, bercengkrama hingga suatu hari teman temannya mengangkatnya menjadi Ketua.
Begitu jadi ketua, Wasu Dawala jadi bak Rahwana. Nafsunya kemana-mana.
Saat menyadari besarnya kuasa, asal ia suka, dusta ia pancal. Lupa pesan Undhagi Wiswaka hingga panjang hidungnya sudah sampai Janggi. Ujung wilayah daerah anggotanya berada.
Kemarin saat berkumpul bersama sejumlah pemuka agama minum kopi bersama di kaki Merapi rupanya masih sama. Mental culas dan tahan malunya tidak berubah. Masih sama. Tak peduli tempat, tak peduli tema, biar nampak wah, supaya terlihat keren, bohong demi bohong ia sorong agar hati yang mendengarkan terbombong.
Mungkin Wasu Dawala berhenti mengelabuhi kalau hidungnya sudah melingkari bumi menembus kepalanya sendiri. Mungkin. Mungkin saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H