Nun jauh di negri Wel Geduwel Beh ada tradisi yang turun temurun dan tidak boleh dilanggar karena begitu melanggar akan menimbulkan malapetaka. Negri akan gonjang ganjing pertikaian tidak akan selesai dan korbannya banyak sekali. Kalau sudah demikian yang paling dirugikan adalah kawula alit.
Tradisi itu adalah meracik kopi yang sesuai dengan selera prewangan nayaka praja bernama Nawa Wiswaka. Berwujud naga cacah sembilan.
Biasanya kalibrasi menyesuaikan kopi dilakukan tiap panca warsa. Kelihatannya sederhana namun rumit saat memastikan selera masing masing bisa terpenuhi. Setidaknya ada sembilan cita rasa kegemaran yang harus patih penuhi. Setelah cocok, secara rutin harus menemani ngopi bareng tiap purnama penuh.
Menjadi Patih di negri Wel Geduwel Beh tidak hanya terampil seni memimpin. Tidak hanya mahir pidato, manajemen stratejik, ideologis, pintar merangkul, faham peta, mengerti keinginan rakyat. Ia juga musti jago meracik kopi sekaligus menyajikan sesuai selera Nawa Wiswaka. Terkadang, bila biji yang didapat tidak sesuai standar, pendekatan metode seduh yang harus disesuaikan. Nah ini tentu membutuhkan kecerdasan agar suguhan tidak meleset.
Kalau kamu ingin menjadi Patih di masa mendatang di Negri Wel Geduwel Beh kuasailah ilmu menyeduh kopi. Dongeng Kopi siap menemani lewat @kelasseduh supaya para naga tidak mengganggu stabilitas di saat periode kamu berkuasa.
Beberapa jurus dan kembangan akan diajarkan di Sasana Krida yang berada di Samping Tluron, di Dalangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H