Dodo, Siluman Musang kaget bukan kepalang. Begitu tuannya meminta datang ke pusat kendali waktu yang ada di Turicum.
Sepanjang hidup baru kali ini tahu kalau kehidupan dikendalikan oleh tikus tikus putih. Ada naga besar badannya panjang tapi kepalanya tikus. Ada burung terbang mengepak sayap kepalanya juga tikus. Pun demikian saat tuannya memesan kopi.
Pramusaji dan peraciknya juga kepalanya tikus berwarna putih.
Nasib Dodo berubah drastis memang selepas bertemu Tuan Werok. Eksponen laskar khusus yang juga pengusaha dan berpengalaman di bidang pemerintahan serta aktif di partai Mendira ini membuatnya percaya diri bahwa ia bisa menjadi apa saja sepanjang ada wang.
Tuan Werok mementori sejak jadi perajin kayu pesanan manca. Perlahan profilnya disusun. Ia menapaki karir mulai dari Wedana, Adipati, Hingga menjadi Patih dalam kurun dua dekade.
Baru kali ini Dodo sampai Turicum. Sebelumnya paling jauh hanya sampai kota Taruntum. Ia terpukau dengan kota kecil berhawa sejuk dengan tingkat kerapihan, kebersihan dan presisi yang sangat tinggi. Kota ini pendapatan terbesarnya dari sektor jasa. Seluruh orang di dunia memilih menyimpan wang disini. Keamanan lapis, pemeriksaan berulang, nama sumber yang tidak akan pernah terang meski ditodong senjata terkokang menjadikan layanannya sangat amat terpercaya.
Setelah tuannya menyusun strategi di Tumasik selama dua bulan, untuk menjaga pengaruh, diputuskan anaknya Dodo, yang bernama Akar, naik menjadi Patih dalam kontestasi sebentar lagi di Madyapada.
Selang sepekan keputusan itu Dodo diajak melawat Turicum. Mengambil logistik untuk operasi pemenangan Akar.
Dodo, Siluman Musang kaget bukan kepalang. Begitu tuannya meminta melawat ke pusat kendali waktu. Pantas saja semua jam tangan mewah berasal rakitan Turicum.
Penjaga kendali waktu berkepala tikus memakai mahkota memegang pisau. Waktu diputar dengan koin. Kalau kamu minta sesuatu tidak bawa koin padanya, maka pisaunya akan segera memotong nadimu. Kucuran darahnya dengan segera berubah menjadi koin untuk memutar waktu yang baru.