Syahdan di sebuah wilayah Benua Hitam, tinggal suku Oromo yang mendiami daerah tersebut sejak tiga ribu tahun sebelum Masehi.
Mereka menetap setelah melalui ladang berpindah, berburu, dan membuka lahan untuk bercocok tanam. Bersamaan dengan mengolah tanah, hewan-hewan berhasil dijinakkan dan dibudidaya menjadi hewan ternak. Termasuk kambing.
Budidaya kambing di benua hitam tidak menempatkan ternak dalam kandang. Kambing digembalakan dalam sekawanan untuk mencari makan. Diantara banyak penggembala, ada satu penggembala yang sangat rajin dan baik perangainya. Namanya Khaldi. Sifatnya yang amanah menjadikan ia jadi orang yang dipercaya untuk menggembala kambing sejumlah warga.
Jumlah yang ia gembalakan, mencapai 33 ekor. Dari semula yang hanya 7 ekor saja. Beranak pinak berkembang biak dan menjadi menjadi banyak.
Biasanya ia selalu memilih sabana timur untuk menemani kambingnya makan siang. Namun di hari kelima dalam sepekan ia memilih sabana barat daya. Khaldi membawa kambingnya ke barat daya tersebab kabar dari para penggembala lain, rumput disana sangat subur. Kambingnya lekas kenyang bahkan sebelum petang datang.
Begitu tiba di sabana barat daya, ia angon kambing sembari duduk di bawah pohon Baobab yang rindang. Kambing kambing ia biarkan merumput mandiri. Sambil melamun dan menggigit sebatang ilalang, ia mengembara angan. Kenapa kehidupan sedemikian cepat berlalu. Baru kemarin hanya tujuh sekarang sudah selengkap biji tasbih jumlah kambing yang ia rawat.
Ditengah ia melamun tiba tiba suara embik bersahutan dari kejauhan sayup sayup terdengar. Khaldi pun beranjak berdiri. Memeriksa apa musabab suara sahut sahutan. Ia dapati kambingnya menari-nari. Berjingkrak begitu bergairah.
Khaldi mencari tahu, apakah penyebab kambingnya begitu girang. Ia perhatikan seksama rupanya karena memakan butiran buah merah dari rumpun belukar di dekat sabana.
Penasaran akan buah tersebut dibawalah ke pemuka sufi. Oleh sang Sufi direbus dan diminum maka khasiatnya langsung membuat terjaga dan enerjik. Daerah barat daya dari sabana tersebut bernama Kaffa. Itulah sebabnya buah tersebut kemudian disebut dengan Kaffa, Coffee, Kawa, Kahwa, Kopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H