Manusia itu dikaruniai dua nafsu; hasrat dan syahwat. Itu yang harus dikekang supaya tak menjelma menjadi buta, raksasa besar badan, besar maunya. Makanya tradisi zaman Salakanagara, kalau ada yang lepas kendali, diasapi biji kopi, lantas diminumi secangkir supaya segera jungkir itu berahi dan ambisi.
Sampai sekarang memang benar, peminum minuman keras lebih sering melewati batas. Mabuk mencerabut pikiran waras. Tindakan berlebihan kerap lahir dari para penggemar arak, ketimbang peminum kopi yang belacak.
Celakanya yang tidak paham sampai ke tingkat dasar, ia mencampurkan dan melabeli seni minuman racikan. Secara hakikat padahal jelas jelas berlawanan kiat. Satu untuk melepas kendali, satu lainnya mengambil kendali agar senantiasa terjaga.
Manusia itu dikaruniai dua nafsu; hasrat dan syahwat. Itu yang harus dikekang supaya tak menjelma menjadi buta, raksasa besar badan besar maunya. Makanya tradisi yang terus dijaga adalah menjaga jarak dari tuak dan arak. Supaya otaknya tidak mengecil mengerut serupa upil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H