Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harga Kopi Naik, Saatnya Kita Kembali pada Puja Bakti Dewi Sri

29 Desember 2023   13:46 Diperbarui: 29 Desember 2023   14:02 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewi Sri, Dewi Kesuburan Bagi Masyarakat Nusantara. Dok. Dongeng Kopi

Mitos Dewi Sri merupakan sebuah kepercayaan masyarakat Jawa terutama para petani dalam meminimalisir kegagalan panen. Para petani di Jawa merepresentasikan Dewi Sri sebagai penolong mereka dari keadaan paceklik.

Ketersediaan kopi yang kurang hingga berdampak pada kenaikan harga beras kopi yang cukup tinggi mungkin menjadi refleksi kita bersama, jangan jangan di bagian hulu ada paksaan tanaman tumbuh untuk digenjot terus terusan melimpah dengan rekayasa genetika dan unsur kimia yang membuat tanah jenuh sehingga pada satu titik hasilnya jeblok.

Sudah saatnya sepertinya kita kembali pada kearifan lokal dimana tanah juga butuh waktu untuk pulih kembali dengan unsur hara dan bahan bahan organik sebelum hasilnya kembali seperti sediakala. Kearifan lokal dalam pertanian membentuk sistem religi, yang kaya akan filosofis. Jauh dari sifat tamak dan aji mumpung.

Tanpa kearifan lokal, rantai sosial, ekonomi, dan lingkungan pasti terganggu. Sebab orientasi produktivitas justru mengabaikan akan kelestarian tanah yang sesungguhnya adalah demi pertanian berkelanjutan.

Bayangkan saja dalam satu tahun ini sudah ada kenaikan bahan dasar sampai dua kali dengan rentang kenaikan antara 27-57 persen berdasar keadaan panen tidak bagus. Sehingga barang kurang-kurang.

Padahal tidak penting genjotan produktivitas tinggi, bila ujungnya pada satu titik harus gigit jari lantaran hasil meleset jauh dari prediksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun