Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Dongeng Kopi, Pertautan Kopi Sudah Lama Sekali

8 Desember 2023   12:27 Diperbarui: 8 Desember 2023   13:09 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melacak jejak Kopi Masa Silam. Dok Pribadi Dongeng Kopi

Penyataan bahwa kopi pertama kali hadir dibawakan kolonial, mustinya jangan diterus-teruskan. Kita mustinya menggali lagi jangan jangan kopi sudah duluan lewat perdagangan antar kerajaan masa Salakanagara di abad kedua.

Bisa saja itu narasi kopi diperkenalkan melalui persebaran kolonial tidak tepat tetapi terus dirujuk jadi catatan biar kita punya hutang budi bersama tanaman komoditas, seperti politik balas budi pendidikan gaya barat seolah-olah menjadikan bangsa yang beradab.

Padahal tradisi cantrik jauh sejak abad kelima dengan dua guru besar Sakyakirti dan Dharmapala.

Kopi kira kira seharusnya hadir sebelum penjelajahan samudera versi Gold, Glory, Gospel. Sebab ia sudah menjadi bagian cawisan sesaji. Bersama ayam cemani, pisang mas, kelapa, bunga, dan apem.

Secangkir kopi hitam pekat bagian ubarampe sesaji ini sejatinya kaya makna. Ayam cemani sebagai bagian keberuntungan dan penangkal sihir, pisang mas simbol kemakmuran sebab ia diambil dari pohon yang tidak akan mati sebelum berbuah dan bertunas baru, simbol regenerasi dan kebermanfaatan, kelapa sebagai simbol alam semesta tujuh lapis, bunga sebagai energi spiritual, melekat atas wanginya, simbol harapan yang diberkahi, apem yang bermakna dosa yang diampuni. Kopi sendiri adalah minuman yang disukai leluhur, sehingga tepat bila sesaji dianggap sebagai media komunikasi di era lampau.

Para Resi menyampaikan bahwa sesaji adalah simbol, sifatnya metaforis, simbol atas niat orang menyampaikan sesuatu, memediasikan pengalaman hidup, baik penderitaan yang sedang dialami, kemalangan ataupun sukacita dan harapan.

Sebagian cawisan juga disertakan dua cangkir lain yang berisi air putih, dan teh yang maknanya lika-liku kehidupan di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun