Air itu seperti emas. Ia sumber kehidupan. Tidak berlebihan ibu kota awal Mataram kuno bernama Tukmas. Â Tuk berarti mata air, mas dari kata emas; sesuatu yang berharga. Sebagaimana kata para resi bahwa air itu digambarkan sebagai emas (tirta kencana), kehidupan (tirta amerta) dua hal yang sama sama berharga.
Tukmas airnya memang tak pernah surut. Seperti gambar sejati sebagai sumber air yang melimpah sepanjang tahun, memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat.
Cerita yang berkembang sekitar Tuk Mas, menuturkan, konon mata air Tukmas berasal dari sejumlah sumber air kecil dari sela batu Gunung Merbabu yang membentuk aliran sungai tempat berenang angsa angsa emas.
"Bermula dari teratai yang gemerlapan - dari sini memancarlah air yang mensucikan- air memancar keluar dari sela-sela batu dan pasir - di tempat lain memancar pula air sejuk -keramat seperti (sungai) Gangga".
Air memegang peranan penting dalam peradaban peradaban besar dunia. Wilayah dengan sumber air yang melimpah menjadikan tanah subur. Manusia menetap di tempat tersebut, bercocok tanam dan mengakhiri masa berpindah-pindah.
Lalu peradaban dimulai.
Bukan sebuah kebetulan meski juga tidak direncanakan masak masak bila kami kini hadir di wilayah yang kaya air sesuai toponimi; Umbulmartani dan Tirtomartani atas dua tempat Dongeng Kopi Jogja & Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery.
 Mungkin, memang kami ditakdirkan juga sebagai salah satu bagian catatan kaki Peradaban Kopi.
Catatan Tambahan:Â
Proses kopi sampai jadi gabah juga butuh air yang tidak sedikit. Kira-kira untuk 1 kati saja, butuh 20 catu air dari proses cuci - rimbang -kupas - rendam. Saat menyeduhnya air juga menjadi elemen penting untuk hasil akhir. Debit aliran, kandungan mineral, mempengaruhi bagaimana citarasa dalam satu cangkir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H