Cerita kopi paling populer soal tarian kambing hitam sudah kerap sekali didengar bersama Khaldi si tukang gembala. Kambing Khaldi, pemuda aseli Ethiopia itu berjingkrak girang begitu selesai memakan satu tumbuhan asing yang segera mencuri perhatian Khaldi. Khaldi yang penasaran membawanya ke Syekh dan menanyakan buah apakah ini yang membuat kambingnya begitu bergairah. Oleh Syekh lantas diedarkan ke rumah rumah khalwat dan segera populer kopi sebagai satu minuman penghantar terjaga di sepertiga malam sehingga sejak itulah buah yang dikenal sebagai kopi itu sedemikian melekat dengan minuman para sufi.Â
Pandemi yang berlangsung pada awal tahun 2020 di Indonesia memukul habis-habisan sektor ekonomi. Banyak orang kehilangan pekerjaan, mereka yang menggeluti usaha kecil dengan modal cekak tak kurang-kurang yang gulung tikar. Peraturan yang sedemikian membelenggu, hingga daya beli menurun akibat tidak adanya pendapatan sukses meningkatkan angka ketidak berdayaan orang-orang. Widyarto salah satunya. Pemilik kedai kopi di daerah Sleman itu juga turut terdampak. Ia segera memutar otak bagaimana tetap bisa menafkahi keluarga kecilnya yang butuh dana tidak sedikit.
"Anak saya ini kecil-kecil, sedang butuh susu, makanan bergizi dan kebutuhan sehari-harinya tak bisa ditawar sementara pendapatan anjlok drastis. Pegawai saya rumahkan, dan kedai saya handle sendiri sama istri" terang lelaki paruh baya yang biasa dikenal Yarto ini.Â
"Saya langsung putar haluan jualan kopi rakyat. Murah murahan yang penting bisa muter. Munculah ide bikin kopi polosan harga ramah di kantong"Â
"Lha kok malah rupanya bagus dan bisa jalan ya, ya ini tak teruskan sekarang jualannya."
"Alhamdulillah akhirnya bisa mencukupi kebutuhan dan malah sekarang permintaan terus ada saja"Â
Yarto mengungkapkan bahkan mesin sangrainya yang dulu diinves sama salah satu pemodal sempat ditarik lantaran bagi hasilnya drop banget. Tapi ia tak patah arang. Ia melakukan 'maklon' di salah satu penyedia jasa sangrai yang banyak tersebar di Jogja.
"Kebetulan saat itu saya ketemu di Dongeng Kopi yang punya jasa memanggang. Saya cari kopi asalan, trase, dan cabutan, istilah yang populer di kalangan orang orang kopi, lantas saya bungkusi kecil kecil mulai dari setengah on sampai dua ons, lantas saya iderkan, titip jual di warung-warung"
Baca: Dongeng Kopi, Sebermulanya adalah kopi
Berkat militansinya rupanya Yarto berhasil membeli mesin sangrai sendiri. Ia merasa beruntung sekali sebab saat itu diberi banyak saran dan masukan oleh Ayuri Murakabi, Juru Panggang Dongeng Kopi yang senantiasa mendukung langkahnya untuk berusaha.Â
"Ya Mbak Ayuri yang bantu saya, sama Mas Renggo Darsono. Kalau Mbak Ayuri biasa konsultasi soal roastingan biar pas sesuai pasar, kalau sama Mas Renggo dibantu sambung jejaring sehingga semakin lancar dagang saya"
Awal tahun kemarin dari sebagian laba yang berhasil terakumulasi, Yarto akhirnya ingin mendirikan warkop kecil-kecilan. Karena merasa Ayuri dan Renggo Darsono banyak mendukung usahanya, ia kembali meminta bantuan untuk mendirikan warkop yang berada di daerah ia mukim. Di daerah Widodomartani. Sebagai bagian dari mengabadikan peristiwa titik berangkatnya, turning poinnya di pandemi, ia memberi nama kedainya Black Goat Dancing - Tarian Kambing Hitam. Disingkat Warkop Tarkam.
Baca:Â Ruang Produksi Dongeng Kopi ada di Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery
"Kalau Kambing Hitam itu identik dengan yang disalahkan, maka saya ingin yang disalahkan ini menjadi kekuatan sekaligus pembenaran atas keputusannya. Tidak selamanya kambing hitam itu buruk, ini kambing hitam pandemi malah menjadikan saya punya warkop. Warkop Tarkam, Tarian Kambing Hitam. Sekaligus nguri uri cerita juga soal peristiwa epic bagaimana kopi ditemukan" pungkasnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H