Mohon tunggu...
Dongeng Kopi
Dongeng Kopi Mohon Tunggu... Pramusaji - Berbiji baik, tumbuh baik!

Kedai Kopi yang terintegrasi dengan Taman Baca Alimin, serta Rumah Sangrai yang menghasilkan aneka kopi biji dan bubuk. Ruang paling pas untuk buku, kopi dan komunitas. Hadir di Umbulmartani, berada di kaki Merapi, dan Sasana Krida Dongeng Kopi Roastery di Tirtomartani, 700 meter dari Candi Kedulan, 5 Kilometer dari Candi Prambanan. Keduanya ada di Sleman Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Black Goat Dancing, Tarian Kambing Hitam Kisah Kambing Hitam Pandemi

4 April 2023   00:56 Diperbarui: 4 April 2023   01:09 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Warkop Tarkam, Tarian Kambing Hitam. Terinspirasi dari Kambing Hitam Pandemi dan cerita Khaldi

Cerita kopi paling populer soal tarian kambing hitam sudah kerap sekali didengar bersama Khaldi si tukang gembala. Kambing Khaldi, pemuda aseli Ethiopia itu berjingkrak girang begitu selesai memakan satu tumbuhan asing yang segera mencuri perhatian Khaldi. Khaldi yang penasaran membawanya ke Syekh dan menanyakan buah apakah ini yang membuat kambingnya begitu bergairah. Oleh Syekh lantas diedarkan ke rumah rumah khalwat dan segera populer kopi sebagai satu minuman penghantar terjaga di sepertiga malam sehingga sejak itulah buah yang dikenal sebagai kopi itu sedemikian melekat dengan minuman para sufi. 

Pandemi yang berlangsung pada awal tahun 2020 di Indonesia memukul habis-habisan sektor ekonomi. Banyak orang kehilangan pekerjaan, mereka yang menggeluti usaha kecil dengan modal cekak tak kurang-kurang yang gulung tikar. Peraturan yang sedemikian membelenggu, hingga daya beli menurun akibat tidak adanya pendapatan sukses meningkatkan angka ketidak berdayaan orang-orang. Widyarto salah satunya. Pemilik kedai kopi di daerah Sleman itu juga turut terdampak. Ia segera memutar otak bagaimana tetap bisa menafkahi keluarga kecilnya yang butuh dana tidak sedikit.

"Anak saya ini kecil-kecil, sedang butuh susu, makanan bergizi dan kebutuhan sehari-harinya tak bisa ditawar sementara pendapatan anjlok drastis. Pegawai saya rumahkan, dan kedai saya handle sendiri sama istri" terang lelaki paruh baya yang biasa dikenal Yarto ini. 

"Saya langsung putar haluan jualan kopi rakyat. Murah murahan yang penting bisa muter. Munculah ide bikin kopi polosan harga ramah di kantong" 

"Lha kok malah rupanya bagus dan bisa jalan ya, ya ini tak teruskan sekarang jualannya."

"Alhamdulillah akhirnya bisa mencukupi kebutuhan dan malah sekarang permintaan terus ada saja" 

Yarto mengungkapkan bahkan mesin sangrainya yang dulu diinves sama salah satu pemodal sempat ditarik lantaran bagi hasilnya drop banget. Tapi ia tak patah arang. Ia melakukan 'maklon' di salah satu penyedia jasa sangrai yang banyak tersebar di Jogja.

"Kebetulan saat itu saya ketemu di Dongeng Kopi yang punya jasa memanggang. Saya cari kopi asalan, trase, dan cabutan, istilah yang populer di kalangan orang orang kopi, lantas saya bungkusi kecil kecil mulai dari setengah on sampai dua ons, lantas saya iderkan, titip jual di warung-warung"

Baca: Dongeng Kopi, Sebermulanya adalah kopi

Berkat militansinya rupanya Yarto berhasil membeli mesin sangrai sendiri. Ia merasa beruntung sekali sebab saat itu diberi banyak saran dan masukan oleh Ayuri Murakabi, Juru Panggang Dongeng Kopi yang senantiasa mendukung langkahnya untuk berusaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun