Mohon tunggu...
Don Eskapete
Don Eskapete Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

who am i?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Dua Puluh Satu

21 April 2016   00:18 Diperbarui: 21 April 2016   06:57 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Lukisan RA. Kartini | KOMPAS/PRIYAMBODO"][/caption]matahari oranye tanggal dua puluh satu. mekar berbunga

ku lihat hiruk-pikuk gadis-gadis belia
terhuyung-huyung menyunggi sanggul
terseok-seok berbalut kebaya
berhias pupur tebal gincu menyala

ku lihat hiruk-pikuk ibu-ibu muda
merajang-rajang sayur dan rempah
menggoreng bandeng-tempe-kerupuk
aroma mengepulnya menggugah selera 

ku lihat hiruk-pikuk wanita pemuja sastra
memulung ceceran aksara
menjahitnya pada untaian kata
larik dan bait puitis tersusun memesona

"oh, IBU. ini cara kami mengenang namamu.  
dalam anggun berbusana
dalam olahan bercita rasa
dalam elok syair pujangga."

matahari oranye tanggal dua puluh satu. meluruh di ujung ufuk

pupur dan gincu luntur  
hidangan dingin nyaris basi
kata-kata hilang marwahnya
maka namamu tinggallah gema 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun