bulan bundar sempurna ketika kayuh demi kayuh membawa kita beringsut dari pandanaran. di atas sadel dan boncengan sepeda, renyah canda menggelegak. kemudian lenyap ditelan teriak kondektur bus kota yang lewat.Â
roda-roda berhenti di tugu muda, lalu kita bersenandung di bundarannya. tiada lelah tawa memecah, menatap lawang sewu yang ayu. tembok-tembok putih itu bermandi benderang sinar sang bulan perawan.
dua pengamen asyik menghibur diri. mencabik-cabik malam dengan petik gitar dan lengking harmonika. sedikit sumbang melagukan julio iglesias, juga jason mraz.
lalu kita beranjak menyusuri bayang-bayang gedung lawas kota semarang. hingga putaran roda berhenti di stasiun tawang.
membisu kita di tepi polder. genggam semakin erat, pundak-pundak kita saling bersandar. kepada blue moon yang berpendar indah di air kolam kita berbisik
: janganlah akhiri malam biru ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H