Mohon tunggu...
Don Eskapete
Don Eskapete Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

who am i?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Bulan Mati di Langit Pecinan

19 Februari 2015   17:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:53 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14243374672113889979

[caption id="attachment_398010" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi - Lampion imlek. (Kompas.com/Callista O.)"][/caption]

masih kuingat setahun silam
saat bulan mati bertengger di langit pecinan

di antara riuh kembang api dan petasan
liuk-liuk barongsai dan naga menari
denting dentang musik bersahut
mengharu-biru malam tanpa bulan

seorang jelita bergaun putih
menggamit payung biru muda
larut menyaksi rancaknya atraksi
menggempita malam tanpa bulan

menerobos aku di antara bayang-bayang
mendekat menuju si gaun putih
sesungging senyum teramat anggun
ratu jelita di singgasana malam tak berbulan

sesaat aku-dia saling bertatap
bintang di langit pun jatuh, bersinar di matanya
dari bibir merahnya sebuah nama terucap
sebelum ia berlalu dalam bayang malam tak berbulan

malam ini aku di jalan ini
ketika bulan mati ada di atas langit pecinan

lampion-lampion merah berparade
barongsai dan naga gesit menari-nari
tetabuhan rancak bertalu-talu
dalam hingar-bingar petasan dan kembang api

kepada bulan mati di langit pecinan aku bertanya
akankah kembali kulihat jelitaku malam ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun