Sebuah video dapat dikatakan bagus apabila dapat menarik perhatian orang. Bukan hanya soal membagikan informasi, tetapi juga menghibur. Untuk itu, dalam memilih topik harus berhati-hati dan pengemasannya dilakukan sebaik mungkin. Pada artikel kali ini, akan dibahas evaluasi sebuah video dari kanal Youtube National Geographic dengan mengacu pada form evaluasi yang dibuat oleh University of Vermont.
National Geographic sendiri merupakan yayasan yang didirikan di Amerika Serikat pada 27 Januari 1888. Yayasan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang geografi, arkeologi, ilmu alam, kampanye lingkungan hidup, konservasi sejarah, dan kebudayaan dunia. Dengan konsistensi topik geografi dan makhluk hidup, National Geographic menjadi salah satu media yang menarik perhatian banyak orang untuk tahu lebih lanjut mengenai dunia.
Salah satu konten yang diproduksi oleh National Geographic adalah Short Film Showcase di mana National Geographic mengajak para filmmakers untuk berpartisipasi membuat video tentang mengubah dunia melalui sains, ekplorasi, dan storytelling. Video pendek berdurasi sekitar 4-5 menit ini nantinya akan dipilih dan ditayangkan di kanal National Geographic.
Pada 10 Januari 2017, video karya Prince Ea terpilih dan diposting ulang di kanal Youtube National Geographic. Dalam video berjudul 'His Epic Message Will Make You Want to Save the World,' Prince Ea menceritakan tentang pertumbuhan populasi manusia di dunia yang menyebabkan adanya kerusakan bumi.
Simak video dan evaluasinya dibawah:
Design
- Style and Organization: pada kriteria ini konten video harus teroganisir dan mengalir. Dapat dilihat, video berdurasi 4 menit 24 detik ini sangat terorganisir dan adegan yang diambil sesuai dengan kata-kata yang diucapkan penyaji (Prince Ea). Gambar dalam video juga membantu pemahaman penonton akan pesan yang disampaikan. Transisi dalam video sangat halus dan rapi. Perpindahan dari satu scene ke scene lainnya tak terlihat mencolok. Dalam video tersebut juga sangat minim gangguan pada background.
- Creativity: angle pengambilan gambar sangat bervariasi sehingga tidak terkesan monoton. Penggunaan long shot dengan efek angka pada awal video menarik perhatian penonton, lalu dilanjutkan dengan medium shot yang menunjukkan penyanyi. Penggunaan efek pada sejumlah adegan dalam video turut menambah kesan menarik. Selain itu, penyajian konten dilakukan dengan nyanyian rap dan background musik yang mendukung sehingga membuat penonton betah menyaksikan video hingga akhir. Penggunaan rap untuk menyampaikan pesan terbilang cukup unik karena jarang ada yang melakukannya.
Message
- Content: subjek diperkenalkan oleh penyanyi di awal video secara tak langsung. Subjek dan topik pembahasan disajikan sejak awal agar penonton mengetahui gambaran awal video. Lirik rap dibuat sesuai isu yang diangkat dan menujukkan orisinalitas karya. Dengan adanya video dokumenter bukti kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia, pemahaman penonton semakin terbantu.
- Quality: kualitas musik dan suara penyanyi dapat terdengar dengan jelas, tidak mengalami kebocoran suara asli video. Gambar yang diambil sangat fokus pada penyanyi dan dokumenter terkait isu lingkungan. Cahaya yang digunakan sudah sesuai, tidak terlalu terang atau backlight. Pergerakan kamera juga sangat stabil sehingga penonton tidak terganggu oleh goyangan kamera.
- Spelling, Usage, Grammar, and Mechanics: penggunaan bahasa Inggris pada lirik rap sangat mumpuni karena bahasa yang digunakan merupakan bahasa ibu si penyanyi. Meski pengucapan agak sedikit kurang jelas karena dialek penyanyi yang cukup khas, grammarnya sudah sesuai standar. Pada video disertakan subtitle berbahasa inggris agar penonton dapat menyimak lirik rap yang diucapkan secara cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H