Dari kejauhan, terlihat 6 ekor sapi  hilir mudik merumput di lahan kosong dan halaman rumah. Seorang perempuan  berlari-lari, sambil mengibas-ngibaskan ranting mengisah sapi seukuran motor Harley yang nyasar ke halaman rumah orang.
Bila musim hujan, Wak Pia (60) berkeliling mencari rerumputan untuk sapi-sapi. Kalau cuaca cerah, dengan bekal sebotol air dalam kantong kresek  ia akan mengajak mereka  jalan-jalan makan di luar.Â
Mengembala sapi, lumayan melelahkan untuk ibu empat anak ini. Di teras Puskesmas pembantu (Pustu) Talang Kelapa-Palembang ia rehat sejenak. Wak Pia, sudah 5 tahun mengembala sapi  jenis Limousin milik saudaranya. Sapi jumbo asli Prancis, dengan perawatan yang baik bisa memiliki bobot  antara 575kg sampai 1100kg. Sapi-sapi ini akan dijual menjelang hari raya, Ia mendapat sekadar uang lelah bila nanti sapi-sapi itu laku.
Sungai- sungai dari Talang Kelapa, mengalir jauh sampai bermura ke Sungai Musi melalui Sungai Kramasan dan Sungai Gandus. Seperti kakek mereka dahulu, Wak Pia dan almarhum suami hidup dari berkebun,berternak dan sesekali menangkap ikan.Â
Kelurahan Talang Kelapa,  awalnya perbukitan dengan lembah-lembah yang dialiri sungai. Keberadaan wilayah ini, sudah tercatat sejak zaman Sriwijaya. Mengingat jaraknya yang kurang lebih sekitar 10km dari lokasi ditemukanya Prasasti Talang Tuo, kemungkinan Wilayah Talang Kelapa dahulunya  adalah bagian dari tanah marga Talang Tuo.
Prasasti Talang Tuo menjelaskan, wilayah Talang Tuo adalah semacam kebun raya. Raja menyatakan, rakyat dapat menikmati buah, pohon sagu dan hewan di wilayah ini  dengan bebas. Kebijakan  yang begitu pro rakyat dan ramah lingkungan.
Pembangunan kawasan perumahan dan perkebunan sawit yang membabi buta, mengubah wajah dan ekosistem Talang Kelapa dan Talang Tuo. Atas nama pembangunan dan moderenisasi, sekarang perbukitan diratakan dan sungai dimatikan. Â Perubahan atau lebih tepatnya "perusakan" Â terjadi pada area yang sangat luas dan berlangsung bertahun-tahun.
Pemilik modal, yang sudah kongkalingkong dengan pembuat kebijakan membuat semua berjalan dengan sah-sah saja.  Sementara Wak Pia dan penduduk asli dusun, tak bisa berbuat banyak. Mereka,semakin terpinggirkan dan harus terbiasa mengais rezeki dari apa -apa yang disisakan  para pendatang untuk mereka.