Musuh dari musuhmu adalah temanku. Peribahasa kuno yang disadur dari bahasa Sansekerta ini, mungkin merupakan susunan kalimat yang paling tepat untuk mengambarkan dunia politik. Politik tidak mengenal kawan maupun lawan. Interaksi dilakukan semata-mata demi kepentingan.
Namun, jangan pula menjadi apatis dan anti politik. Kendatipun dalam prosesnya sering diwarnai jebakan dan intrik, sejatinya politik adalah cara untuk mencapai cita-cita luhur yakni menggenggam kekuasaan demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Kepulangan Habib Riziek Shihab (HRS) ke Indonesia, seperti mengingatkan kembali akan intrik dan jebakan dalam politik. Dalam dunia perpolitikan, HRS memang bukan siapa-siapa. HRS tidak pernah aktif di partai ataupun pernah menduduki jabatan politik. Tetapi dalam sistem demokrasi yang mempersyaratkan suara rakyat adalah kedaulatan tertinggi, posisi HRS menjadi penting dimata para politikus. Bagi para politikus yang selalu ingin berkuasa, berkolaborasi dengan profil HRS yang memiliki basis massa yang besar, adalah suatu anugerah plus bonus elektabilitas.
Pemilihan Presiden Tahun 2024 memang masih lama. Tetapi para politikus, terutama yang dijagokan berpeluang dalam kontestasi Pilpres 2024 mulai mengambil ancang-ancang. Mereka mulai menebar pesona dan melakukan pencitraan, yang diharapkan dapat mendulang suara nantinya. Tidak heran, momen kepulangan HRS menjadi ajang bagi para politikus ini untuk menarik simpati.
Mulai dari petinggi partai  Demokrat, Gerindra dan tokoh sepuh seperti pendiri Partai Umat, Amien Rais membentangkan karpet merah atas tibanya HRS di Indonesia.  Pemangku Jabatan seperti Wakil Presiden Maaruf Amien, Gubernur DKI Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, juga tidak mau ketinggalan dalam penyambutan pentolan FPI ini.
Para pejabat publik ini seakan lupa dengan tanggung jawab moralnya sebagai seorang pejabat publik. Posisi yang dituntut mengayomi semua masyarakat tanpa mengenal golongan, suku, ras dan agama tanpa terkecuali. Anies Baswedan sendiri, malah menyempatkan sowan untuk menemui HRS di kediamannya. Sangat ironis. Para pejabat ini mungkin sudah lupa, bahwa HRS berangkat ke luar negeri, masih menyandang status sebagai tersangka atas berbagai kasus yang dituduhkan kepadanya.Â
Untung saja, Pemerintah dan kepolisian cepat sadar dari kelengahannya. Kelengahan membiarkan kerumunan ditengah menggilanya covid19 di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, Presiden segera mencopot 2 Pangdam dan 2 Kapolda. Tidak cukup sampai disitu, Kepolisian juga segera memanggil Gubernur DKI dan Jawa Barat untuk dimintai klarifikasi atas pembiaran keramaian dan pengabaian penerapan protokol pencegahan covid19.
Pemanggilan kedua gubernur ini sontak mengagetkan khalayak ramai. Selain agak diluar kelaziman, bagi politikus yang dituntut untuk menjaga citra dan persepsi masyarakat, pemanggilan oleh aparat penegak hukum merupakan kerugian politis bagi Anies dan Ridwan Kamil. Bila dikaitkan lagi dengan Pilpres 2024, pemanggilan keduanya adalah kemunduran bila ditinjau dari sudut pandang pembentukan persepsi masyarakat.