Adakah di antara Anda yang tidak pernah ditegur atau bahkan menegur orang lain? Ah, rasanya tak satupun! Saya yakin Anda sepakat dengan itu.
Karena keyakinan itu, maka setidaknya kita mafhum bahwa menegur orang lain bukanlah perkara atau pekerjaan yang mudah.
Sebagian orang dengan mudah memberikan teguran, namun dengan cara yang melukai orang yang ditegur. Sementara yang lain enggan untuk menegur demi menghindari perselisihan. Pernah alami kan?
Dengan latar kondisi sebelumnya, maka bagaimana seharusnya kita memberikan teguran pada seseorang? Apa saja kira-kira yang perlu diperhatikan untuk melayangkan teguran itu? Beberapa hal berikut ini mungkin bisa menjawabnya!
Pertama, didasari motivasi yang tepat.
Seringkali sebuah teguran berubah rupa menjadi sebuah penghakiman karena didasarkan pada kesombongan menganggap diri lebih baik dari orang lain.
Teguran harus didasarkan pada kasih kepada orang yang kita tegur. Seorang yang dikenal berhikmat, raja Salomo pernah berkata: "Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi daripada orang yang menjilat". (Amsal 28:23)
Kontras antara orang yang menegur dan menjilat menyiratkan bahwa walaupun teguran tersebut dari luar terlihat menyakitkan tetapi di baliknya ada kasih yang mendalam.
Sebaliknya, penjilatan dari luar terkesan manis, tetapi didasarkan pada motivasi yang jahat.
Kedua, isi yang tepat.
Sangat mudah bagi kita untuk melihat kesalahan orang lain. Persoalannya, mengetahui dan menyatakan kesalahan orang lain tidak berarti bahwa kita yang benar.
Tanpa disadari kadangkala kita memberikan teguran yang salah dan tidak berguna. Teman-teman nabi Ayub misalnya, memberikan teguran dengan motivasi yang benar (Ayub 2:11-13), tetapi pada akhirnya TUHAN memandang mereka bersalah dalam perkataan mereka (Ayub 42:7-9).