Pernahkah Anda menemukan diri sendiri mampu mengingat dengan baik lagu-lagu yang pernah dikenal dan nyanyikan semasa usia kanak-kanak?
Saya masih ingat dengan baik lagu-lagu yang pernah dikenal dan dinyanyikan ketika berusia tujuh tahun, seperti: Bintang Kecil, Pelangi-Pelangi, Naik Kereta Api, Balonku Ada Lima, Cicak-Cicak Di Dinding. Atau lagu-lagu rohani Kristen untuk anak-anak, seperti: Kingkong Badannya Besar, Kasih Yesus Manis Dan Indah, Yesus Cinta Semua Anak, dan masih banyak yang lain.
Pernahkah Anda mendapati diri sendiri mampu menyanyikan sebuah lagu yang tak pernah lagi dinyanyikan selama kurang lebih dua puluh tahun terakhir?
Saat menulis ini, saya berusaha mengingat-ingat sebuah lagu lama. Tiba-tiba saya ingat sebuah lagu yang telah sangat lama tak didengar dan dinyanyikan, namun masih terekam baik diingatan, saya bahkan masih bisa menyanyikannya tanpa lupa selirik pun. Lagu itu dicipta tahun 1977, empat puluh empat tahun silam, oleh Ismail Marzuki, berjudul, "Tinggi Gunung Seribu Janji", atau yang lebih dikenal dengan, lagu "Memang Lidah Tak Bertulang." Wah ... jadul banget, anak generasi sekarang tentu tak lagi mengenal lagu ini.
Menurut para ilmuwan, kita bisa menyimpan ratusan, bahkan ribuan lagu dalam memori kita. Mengapa? Karena musik memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk dihafal. Pikiran manusia mengenali, menggolongkan dan mengingat pola-pola dalam musik dengan lebih baik ketimbang mengingat pola-pola dalam kata-kata saja.
Dalam bukunya, Musicophilia: Tales of Music and the Brain. Seorang ahli bernama Oliver Sacks mengemukakan dampak musik pada otak manusia. Ia mengatakan, kemampuan orang dewasa terbatas dalam mengingat atau mempertahankan sesuatu dalam pikirannya, kecuali kalau ia menggunakan alat atau pola dalam menghafal. Dan yang paling kuat dari alat yang sering digunakan adalah sajak, matra, dan lagu.
Fakta ini menarik. Menariknya begini, bukankah jika banyak lagu rohani Kristen diciptakan dengan lirik-lirik yang diadopsi dari ayata kitab suci atau Alkitab, hal itu akan menjadi alat yang baik dan efektif untuk mengingat dan menghafal ayat kitab suci yang adalah Firman Tuhan, atau menyimpannya di memori kita.
Kebenaran fakta ini tentu bukan hal baru bagi Tuhan. Tuhan yang menciptakan manusia dengan kemampuan otak yang luar biasa, pasti sejak semula merancang hubungan erat antara lagu atau nyanyian dengan Firman Tuhan, dan kemampuan mengingat manusia.
Masah sih? Ya! Tak percaya? Baca saja narasi Alkitab dalam kitab Ulangan 31. Ketika bangsa Israel akan memasuki tanah Kanaan atau tanah perjanjian, Tuhan menyuruh Musa untuk menulis dan mengajari Israel sebuah lagu atau nyanyian. Dikatakan, "Oleh sebab itu tulislah nyanyian ini dan ajarkanlah kepada orang Israel, letakkanlah itu di dalam mulut mereka." (ayat 19).
Apa tujuan nyanyian itu? "Supaya nyanyian ini menjadi saksi bagi-Ku terhadap orang Israel" (ayat 19). Nyanyian itu akan menjadi alat kesaksian Tuhan, ia bersaksi tentang keberadaan Tuhan yang telah mengikat perjanjian setia dengan umat Nya. Tuhan yang berjanji setia hadir di tengah hidup mereka.