Mohon tunggu...
Donal Moraka
Donal Moraka Mohon Tunggu... Penulis - "Menulislah Agar Kamu Diceritakan Sejarah"

Penulis kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Kabar Reformasi

21 Mei 2019   17:28 Diperbarui: 21 Mei 2019   18:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

21 Mei 1998 menjadi saksi sejarah diawalinya transisi sistem politik Indonesia dari otoritarian menuju demokrasi. Transisi sistem politik ini juga menjadi harapan besar segenap rakyat Indonesia akan transisi-transisi lainnya. Mulai dari transisi ekonomi dari kapitalisme Orba menuju ekonomi kerakyatan yang mensejahterakan segala lapisan, hingga sampai kepada transisi kebebasan berpendapat dan keterbukaan informasi yang di masa Orba sangat termarginalkan dan penuh represi.

Sudah selayaknya Rakyat Indonesia mewariskan dan merestorasikan semangat reformasi yang di lakoni oleh tokoh parah pejuang Demokrasi sejati yakni Mahasiswa, pemuda, Buruh, Tani dan kaum miskin negri ini.

21 mei 1998 adalah puncak dari sebuah gerakan masif yang di motori oleh Gerakan Mahasiswa setanah air dengan satu suara yaitu "Tuntutan Perubahan". Kobaran semangat perjuangan menentang sebuah sistem Drakula yang di terapkan oleh kepemimpinan Soeharto kurang lebih 32 tahun lamanya tak sedikit pulah nyawa yg hilang tak tercela.

Tragedi yang tragis pernah di rasakan oleh rakyat Indonesia sepanjang Penerapan Domokrasi Pancasilais di warnai oleh Air mata dan Hujan peluru dan kesemuanya itu cerminan dari Hukum baja sejarah yang pernah di rasakan.

Berjalannya Gerakan untuk menyuarakan secara lantang dari kalangan Mahasiswa tak mempedulikan watak ABRI yang melindungi Gedung Istana negara yang di huni oleh Raja pembunuh kebenaran  (Rezim Soeharto dan Kroni-kroninya) berwatak fasis, menghalalkan bantuan dari bangsa asing dengan dalih IMF, Word Bank dapat membantu kepincangan ekonomi (monoter) yang menerpah bangsa ini, akan tetapi sangat jauh dari apa yang di harapkan oleh rakyat Indonesia karna Rezim yag menghamba dan membudak kepada kekuatan pemilik Modal dari asing hanyalah Penumpukan hutang sampai saat ini yang di deritakan oleh Rakyat.

Suda bertahu-tahun reformasi bergulir, mahasiswa diakui sebagai aktor kunci sukses terbesar dalam sejarah perpolitikan di Indonesia ini. Momentum itu adalah akumulasi kekecewaan mahasiswa yang memuncak, mahasiswa berhasil menyandang gelar "maha" karena berhasil mengenyampingkan egosentrismenya untuk mengibarkan bendera-bendera organisasi, ideologi, maupun golongan. Mereka bergerak atas nama mahasiswa yang berpihak pada kebenaran memulai kehidupan Indonesia yang lebih baik dan demokratis.

Kini mahasiswa ada, tetapi dinilai belum terasa keberadaannya, baik sebagai "maha" siswa ataupun sebagai Agent of change.

Mahasiswa yang semestinya menjadikan perjuangan kebangsaan sebagai nafas perjuangan, kini tengah terkooptasi ke dalam dunianya masing-masing. Mahasiswa belajar untuk dirinya, bekerja untuknya, berjuang, demi masa depannya. Perilaku egosentrisme ini membuat organisasi-organisasi kemahasiswaan sepi. Mahasiswa lebih mudah ditemukan di tempat nongkrong, warung kopi, dan di tempat-tempat keramaian. dari pada acara sosial-kemasyarakatan, diskusi, organisasi, bahkan turun ke jalanan.

Padahal setelah reformasi tiba masih banyak yang mesti di tanggung dan di perjuangkan oleh mahasiswa itu sendiri. Misalnya pelanggaran HAM di masa revormasi belum dijawab dan di tuntaskan oleh Negara Hinga kini, Wiji Thukul dan 13 kawan yang hilang di culik hinga kini belum di temukan keberadaanya, kawan Mahasiswa Trisakti yang di tembak mati dan pelaku pun tidak di adili dan di hukum Negara Hinga kini.
Belum lagi Personal ekonomi yang belum merata hingga ke pelosok negeri, harga kebutuhan ekonomi terus turun drastis (petani kopra) dan lain-lain.

Perilaku-perilaku negara yang menindas tak jauh berbeda dengan kediktatoran orde baru, rumah warga di gusur, dan persoalan-persoalan rakyat yang belum di jawab negara hingga kini.

Lalu tugas Mahasiswa hanya kulia, pun hanya sibuk dengan risalan dan petisi. Acu tau dengan sejarah oraganisasi dan belajar akhirnya eksistensi mahasiswa bungkam di telan angin kebahagiaan duniawi semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun