Mohon tunggu...
Donald Sitompul
Donald Sitompul Mohon Tunggu... -

I'm cool.........

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis di Halte Busway

9 Juni 2013   17:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:18 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah hari yang sebenar-benarnya dia sukai, bangun di pagi hari dan menyadari besok tanggal merah di tanggalan kalender. Padahal masih pertengahan minggu. Kenapa tanggal merah dia tak ingin mencari tahu, tanggal merah adalah libur. Titik.

Dia segera bangkit dari tempat tidur, saat matahari mulai mengintip di sela-sela jendela kamarnya. Mengucek-ucek mata, menghilangkan sedikit kantuk. Mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Byuurrr ... Segar!

Hari yang segar, dan dia melangkahkan kaki ke jalan raya. Berhenti sebentar di 7Eleven, masih sepi hanya deretan berbagai jenis makanan yang biasa ditawarkan, mengamati penganan pagi, roti? Spaghetti? Kopi atau apa saja yang menurutnya enak. Dia ingin sarapan, matanya melirik ke arah jalan mengamati sebuah bus Trans Jakarta yang baru saja melintas. Belum terlalu penuh, pikirnya.

Memang hari masih sangat pagi. Dia tersenyum.

Roti tersebut masih tergigit di mulut saat dia berlari menuju halte busway, walaupun halte masih terlihat lengang. Ah, rupanya ada seorang gadis di deretan depan antrian loket pembayaran tiket, dia berusaha sedekat mungkin ke arah antrian gadis tersebut.

Barangkali Anda pernah mengalami hal yang sama, bukan? Melihat seseorang di halte busway dan segera tertarik padanya. Mungkin saja Anda tertarik pada rambutnya, atau mungkin tertarik melihat lekuk-lekuk pantatnya. Tak tahulah, barangkali Anda lebih tahu. Tanyakan saja pada laki-laki-laki itu, kenapa dia begitu tergesa-gesa untuk berada pada deretan terdekat di mana gadis itu menunggu antrian.

”Besok libur ya?” dia memulai percakapan dengan seseorang di antrian depan. Hanya ingin menghilangkan rasa geregetan di dalam hati.

”Iya, memang kenapa?”

”Enak aja sih, kan libur panjang!” matanya melirik ke arah gadis tersebut.

”Oh ... Iya! Baru ingat, kenapa ya selalu ada hari libur seperti ini?”

”Ah, sering-sering saja, bukan?”

”Ya, ga enak dong ... Kerjaan gue banyak nih!” ujar lawan bicaranya, mulai kesal. Tetapi kembali mengatakan sesuatu, “Memangnya kamu kerja apa?”

Beberapa hari ini dia selalu melihat gadis itu, dia penasaran siapa sih si dia ini?

Gadis itu telah menyelesaikan pembayaran tiket dan memasuki ruang tunggu, laki-laki ini ingin segera menyusul. Tinggal sedikit lagi antrian di depannya, dia semakin tak sabar.

Dia ingin sedekat mungkin duduk bersama gadis itu dan berharap liburan sekali ini berakhir menyenangkan. Mengajaknya berkenalan, kemudian minum kopi dan makan pizza. Dan bila beruntung dia bisa mengajaknya untuk menonton film ”Fast & Furious 6” atau film lainnya, kemudian mendapatkan sebuah kecupan di bibir.

Sejak dua minggu lalu kantornya membuat kebijakan unik, meliburkan hari terjepit. Seluruh karyawan menyambut gembira. Dan dia menyimpan banyak rencana.

Alangkah menyenangkan nanti, bila dia bisa berjalan-jalan ke mal, bercakap-cakap dengannya. Dia ingin bercerita banyak hal. Makanan yang disukai, film atau hobi. Bahkan bila dia suka membaca buku, dia sudah mempunyai rencana akan mengajak gadis ini ke pameran buku di Balai Sidang.

Matanya tak lepas dari gadis itu, sambil berharap semoga saja belum ada busway yang mendekat.

Uuuppss … Dan dia beruntung pagi ini, dia berhasil duduk di sebelah gadis itu, gadis berambut pendek kulitnya sedikit kegelapan. Aroma parfum lembut melingkupi udara sekitarnya.

Dia sudah mempersiapkan sebuah kalimat bagus untuk dapat berkenalan.

Busway perlahan bergerak, penumpang merapikan posisi duduk mereka. Dia mencuri pandang. Lidahnya tercekat. Nafasnya naik-turun. Dia perlu sebuah kata. Atau mungkin beberapa patah kata yang bagus.

”Nona ...” sebuah kata meluncur dari mulutnya. Dia berusaha keras – sangat keras.

Tiba-tiba, bagai kilat menyambar, entah mengapa. Dia tak tahu kenapa, semua hilang. Hilang. Bagai debu terhembus angin.

Tomang, 5 Juni 2013

------------------------------------------------ (Image okezone)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun