Mohon tunggu...
Donald Sitompul
Donald Sitompul Mohon Tunggu... -

I'm cool.........

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kartienie Xayang Kamuch Xlaloeee

20 April 2012   19:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Huuu.... Lama banget siyy busway ini..." Begitulah setiap malam bila ia pulang kerja di bilangan kota, baginya hanya kendaraan ini yang setia menemaninya di penghujung malam. Angin memang berhembus dingin, tetapi rasa dingin itu mempunyai aturan sendiri, ia pelan-pelan menyelusup ke balik bajunya, mengusap lembut. Di antara ratusan calon penumpang lainnya dengan wajah-wajah letih berbagai rupa, acuh dan tak peduli satu sama lain. Itulah keindahan dan semangat malam, tak perlu ia mengetahuinya, biarkan saja. Malam mempunyai rahasianya sendiri, siapa bilang ketika kegelapan menyapa tak ada cahaya menyambutnya. Kartini... Kartini... Dia ingin segera tiba di rumah, huu... kendaraan yang ditunggu masih lama. Tak mengerti kenapa penguasa negeri menganggapnya tak perlu dilayani dengan cepat, ia hanya orang kecil, seperti wajah-wajah acuh di sekelilingnya. Cling... Ia membaca sebuah pesan BBM masuk, oh... mas Tony, besok mengajaknya ke sebuah tempat wisata, katanya ia ingin mengajak berbaikan. Ya, setelah sebulan ini, mereka berpisah. Bukankah mas Tony sendiri yang ingin menjauhinya, kenapa ia ingin berbaikan lagi denganku? Apakah kekasih-kekasih bututnya itu sudah meninggalkannya lagi? "Mengapa aku mencintai laki-laki playboy ini?" Mas Tony selalu memanfaatkan kebaikannya selama ini, tampaknya hanya aku yang tak pernah ia bisa tundukkan, ia masih menyimpan rasa penasaran di hatinya. Ia selalu mengirim pesan BBM justru di saat ia akan pulang, selalu berulang, selalu berulang. Di saat ia menunggu busway. Bila ingin putus, ya.. Putus saja! Laki-laki di mana saja, ingin menang sendiri. Mereka pikir dirinya bisa diperlakukan seperti kekasih-kekasih gombalnya itu, gadis-gadis kota yang mentereng. Perempuan di matanya mungkin hanya mempunyai pikiran pendek saja, tak mempunyai otak cukup, sehingga ia berusaha mengelabuinya. Namun ia tahu, justru kemalasan perempuan berpikirlah, sehingga kaum perempuan lebih sering menggunakan perasaan, tak berarti mereka tak berotak. Perasaan juga mempunyai peran dalam banyak sejarah perempuan di dunia, bahkan dalam sejarah-sejarah besar umat manusia yang kemudian mengubah jalannya abad berikut. Ken Dedes yang mempesona Ken Arok, ketika melihat gua garbanya saat itu, bersinar terang saat ia turun dari kuda dan secara tak sengaja, kainnya tersingkap, menyilaukan Ken Arok. Berubahlah kemudian sejarah raja-raja nusantara dan lahirlah sebuah masa kemudian, Sumpah Palapa. Ah, masih banyak lagi sejarah perempuan hebat yang membuatnya bangga. Perempuan layak dihormati, bahkan mas Tony, sekali pun. Malam mempunyai rahasianya sendiri, perempuan-perempuan yang pulang kerja di malam hari. Letih dan masih berjuang, berdesakan di dalam kendaraan yang katanya aman, nyaman. Dan tetap sigap menepis tangan-tangan nakal penumpang genit yang sengaja mencolek pantat-pantat yang menonjol di antaranya. Mereka penumpang-penumpang, semakin letih berdesakan. Dan malam masih bersama, di kesenyapan hening, ditemani cahaya-cahaya lampu ibukota. Ia tak jua menyerah, bertahan menghadapinya, pesan BBM mas Tony, ah... Nanti saja dijawab, sebaiknya dia juga harus belajar menunggu, sebuah jawaban. Kartini selalu sayang kamu, mas. Tapi menghargai perempuan itu jauh lebih baik. "Selamat Hari Kartini!" ------------------------------------ Image - Berita Jakarta -- Info jalan-jalan di Jakarta...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun