Mohon tunggu...
TITIS PRIHATININGTYAS II
TITIS PRIHATININGTYAS II Mohon Tunggu... -

saya mahasiswa PGSD UNS KAMPUS VI KEBUMEN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memproduksi Otak Anak yang Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

3 Desember 2011   07:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:53 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Memproduksi anak yang berbasis kreatif, kritis dan problem solver merupakan kewajiban seorang guru. Guru mengkondisikan sistem pembelajarannya yang dapat mengaktifkan sistem kerja otak sehingga akan membuat anak berfikir kreatif, kritis dan problem solver.Membuat anak berfikir kreatif sebetulnya merupakan pernyataan yang salah. Hal itu dikarenakan setiap anak adalah kreatif, tinggal bagaimana seorang guru mengembangkan kekreatifan anak didik serta mempertahankannya. Membebaskan anak untuk berfikir kreatif yaitu dengan membiarkan anak menuangkan setiap imajinasi yang dimilikinya. Dengan keterampilan kreatif yang dimiliki anak,anak dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu.

Lain halnya dengan berfikir kreatif, berfikir kritis merupakan proses kegiatan yang sangat penting, terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, menganalisis, dan sebagainya. Berpikir kritis akan memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara sistematis dan merancang solusi yang real. Ini mengharuskan seorang guru untuk memilih metode, teknik dan strategi yang cocok untuk menjadikan anak berfikir kreatif dan kritis.

Selain berfikir kritis dan kreatif yang digunakan dalam pemecahan masalah, problem solverpun perlu digunakan. Problem solver merupakan proses mental kognitif untuk menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah. Problem solver dapat menjadikan pembelajaran menarik bagi siswa. Karena dengan adanya problem solver, memancing siswa untuk berfikir kritis dan kreatif. Proses pembelajaran yang berbasis ketiga hal tersebut (kreatif, kritis dan problem solver) harus mengacu pada teori otak (Hemisphere Teory). Yang mana teori otak merupakan teori penyeimbangan antara otak kanan dan otak kiri dalam pembelajaran. Otak belahan kanan(right hemisphere) berhubungan dengan kemampuan berfikir anak, misalnya yaitu dalam hal hitungan. Sedangkan belahan otak kiri (left hemisphere) berhubungan dengan daya kekreatifan anak, yaitu dalam hal seni, bahasa dll. Terima kasih, semoga dapat direalisasikan dengan baik ^^.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun