Mohon tunggu...
Dona FebiAurora
Dona FebiAurora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka liburan terutama ketempat yang pantainya bagus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wanita High Maintenance: Antara Stereotip dan Realitas

12 Juni 2024   19:43 Diperbarui: 12 Juni 2024   19:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa yang kalian pikir ketika mendengar sebuah istilah "perempuan high maintenance"? Apakah kalian berpikir sebagai seseorang yang mengharapkan perhatian lebih? Seseorang yang materialis? Istilah ini sering sekali menggambarkan seseorang yang hanya berfokus pada penampilannya yang juga memberikan konotasi yang negatif. 

Tidak ada satupun yang menganggap istilah ini sebagai sebuah pujian, carilah di Google dan kalian akan melihat beberapa website dan artikel yang memberikan tips bagaimana cara mengetahui kalian termasuk kategori high maintenance, seperti apa perempuan high maintenance itu terlihat, dan bagaimana menghindari perempuan yang high maintenance. Perempuan disebut high maintenance, karena diperlukan banyak usaha hingga biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan orang-orang tersebut. 

Namun sejak kapan tepatnya istilah ini mendapati image yang sangat buruk? Perempuan yang high maintenance adalah perempuan yang memiliki standar untuk dirinya sendiri, pasangannya, dan kehidupan yang ingin dia jalani. Karena dia tahu apa yang dia inginkan dan tidak takut untuk mendapatkan atau menuntut hal tersebut, Istilah high maintenance, menurut saya, bukan dengan arti berkeperluan tinggi melainkan seorang perempuan yang tahu bagaimana cara dia berkomitmen untuk melakukan hal-hal yang penting untuk menjaga kesejahteraannya dan kebahagiaannya untuk memastikan dia selalu berada dalam kondisi terbaiknya. Istilah ini sering digunakan untuk mendiskreditkan perempuan yang berani menunjukkan preferensi atau tuntutannya. Dibalik stereotip ini, terdapat anggapan bahwa perempuan yang high maintenance sulit dihadapi, boros, dan tidak realistis dalam harapannya. Stereotip ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dan cara mereka memperlakukan perempuan. 

Ada kemungkinan bahwa wanita digambarkan sebagai "high maintenance" hidup dalam lingkungan dimana kecukupan finansial adalah norma. Dukungan dari kedua orang tua mereka telah memungkinkan mereka untuk memiliki standar hidup yang lebih tinggi, yang kadang-kadang bisa dianggap berlebihan oleh orang lain. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman hidup yang unik, dan istilah seperti "high maintenance" tidak selalu mencerminkan kenyataan yang sebenarnya. 

Selain itu, istilah ini mungkin lebih sering digunakan dalam konteks perbedaan ekonomi daripada yang lain. Ini bisa terkait dengan adanya rasa iri atau kecemburuan terhadap kehidupan orang lain yang terlihat lebih nyaman atau lebih sejahtera. Namun, perlu diingat bahwa perbedaan sosio-ekonomi tidak boleh menjadi alasan untuk menilai atau menghakimi orang lain. 

Dalam menghadapi istilah seperti "high maintenance", saya percaya bahwa kita perlu lebih empati dan lebih terbuka terhadap keragaman pengalaman hidup orang lain. Ini tentang memahami bahwa setiap individu memiliki latar belakang dan cerita yang berbeda, dan istilah seperti ini tidak selalu mencakup kebenaran yang sebenarnya. Dengan menghargai keragaman dan mempromosikan inklusivitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan saling mendukung bagi semua orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun