Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Pancasila dari Aceh

27 Juni 2020   17:44 Diperbarui: 27 Juni 2020   17:55 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aceh adalah daerah di mana konflik berdarah pernah terjadi. Bukan hanya itu, belum reda konflik, tsunami menghampiri Aceh. Ratusan ribu rakyat Aceh meninggal dunia, kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Setelah damai antara RI-GAM ditanda tangani, Aceh belum benar-benar pulih. Pilkada di Aceh masih mencekam, bom dan kontak senjata mewarnai pemilu di Aceh.

Seiring perjalanan waktu, konflik di Aceh perlahan lenyap. Namun sisa konflik masih belum juga reda. Aceh masih termiskin di Sumatera meski memiliki kekayaan alam yang kaya. Nasib Aceh tak kunjung sejahtera, oligarki politik masih menguasai Aceh. Konflik mantan anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka) masih terasa.

Tapi rakyat Aceh tak patah harapan. Terus memperbaiki diri, terus berjuang demi masa depan Aceh. Dan Aceh adalah salah satu daerah yang jarang terinfeksi dengan isu politik dan hukum nasional. Aceh tak peduli dengan RUU HIP meski negeri ini menerapkan syariat Islam. Aceh juga tak tertarik dengan isu kebangkitan PKI. Toh itu hanya propaganda laten orba.

Dan orba punya kenangan buruk dengan Aceh. Hingga kini janda dan yatim korban konflik belum mendapatkan haknya sebagai warga negara. Namun rakyat Aceh tetap berkomitmen bersama Republik Indonesia. Rakyat Aceh pun ternyata sangat fasih mengimplementasikan sila kedua Pancasila. Terbukti mereka bergerak menjemput pengungsi dari Rohingya.

Padahal, pemerintah Aceh melarang. Padahal pemerintah Aceh ragu, namun rakyat Aceh tidak pernah ragu atas nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Rakyat Aceh memiliki empati yang dapat menyingkirkan segala bentuk perbedaan. Mereka tak tega melihat perempuan dan anak-anak terapung di lautan. Mereka tak tega melihat pengungsi Rohingya kelaparan.

Gerakan hati nurani yang sudah jarang kita saksikan apalagi di tengah pandemi. Ketika manusia begitu mementingkan diri dan keluarga, ketika manusia berlomba menumpuk harta dan berebut tahta, rakyat Aceh memilih berlomba dalam kebaikan. Bagi mereka, apa yang dirasakan pengungsi Rohingya pernah mereka rasakan. 

Ya, saat konflik terjadi di Aceh, tak sedikit warga Aceh yang harus mengungsi. Entah di provinsi tetangga atau sampai ke Malaysia. Aksi kemanusiaan yang dilakukan rakyat Aceh merupakan pembelajaran bagi kita semua. Betapa indahnya ketika sila kedua Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Mengikis perbedaan suku, etnis, ras dan bangsa, rakyat Aceh memandang kemanusiaan adalah kesamaan kita semua. Kesamaan yang selama ini jarang kita bicarakan, jarang kita praktikkan dalam kehidupan bernegara. Semoga kita dapat belajar dari peristiwa ini. Mari belajar Pancasila dari Aceh. Tanpa seminar dan workshop tapi langsung mempraktikkan dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun