Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rakyat Aceh Sebaiknya Tinggalkan Warkop Sejenak

22 Juni 2020   02:34 Diperbarui: 22 Juni 2020   02:27 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transmisi lokal di Aceh terus bertambah. Hingga saat tulisan ditulis, setidaknya total rakyat Aceh yang terinfeksi korona berjumlah 49 orang dengan 20 sembuh dan 2 orang meninggal dunia. Angka ini di luar dugaan mengingat sebelumnya Aceh termasuk provinsi dengan angka tertular paling sedikit.

Melihat pertambahan pasien dan bukan disebabkan karena perjalanan sebagaimana kasus sebelumnya, Aceh kini dapat menjadi 'bom' waktu. Aceh dapat menjadi salah kawasan berlabel merah apabila tidak dilakukan usaha pencegahan. Bukan hanya usaha oleh pemda Aceh akan tetapi kesadaran rakyat Aceh pada umumnya.

Pemda Aceh boleh saja mengimbau agar rakyat Aceh tidak bepergian ke zona merah. Namun dengan penularan tingkat lokal belakangan ini, usaha itu tak cukup. Selain itu, protokol kesehatan yang selama ini diimbau juga tak benar-benar dilakukan rakyat Aceh sehingga perlu sebuah usaha bersama.

Sama-sama kita ketahui rakyat Aceh sangat menggandrungi warung kopi. Ngopi bersama teman-teman, keluarga, kolega kantor, bagi rakyat adalah tradisi yang sudah mengakar. Bahkan ketika virus korona sudah begitu sering muncul di media massa dan sosial, rakyat Aceh tak bergeming. Warkop masih saja menjadi tempat idola.

Kini dengan penyebaran lokal yang semakin nyata, dan pemerintah pusat telah memulai new normal, menurut saya rakyat Aceh Sebaiknya jeda ngopi di warkop. Tentu saja sulit sekali meninggalkan warkop. Ngopi sudah menjadi gaya hidup rakyat Aceh, no ngopi no party, begitulah kira-kira. Kehidupan rakyat Aceh memang sulit dipisahkan dari warkop, banyak urusan dibicarakan di warkop.

Para pebisnis, politisi, aktivis, mahasiswa, seakan telah terikat batin dengan warkop. Sehari tak ke warkop seolah ada yang hilang. Seolah hari itu adalah hari buruk dalam hidup. Namun dengan hadirnya OTG (Orang Tanpa Gejala) dan penularan lokal, tidak ada pilihan lebih bijak bagi rakyat Aceh agar sejenak jeda ngopi di warkop.

Memang mengubah kebiasaan bukan hal mudah. Namun perubahan adalah keniscayaan, tanpa memahami perubahan dan ikut dalam perubahan itu, kita akan tereleminasi. Karenanya, rakyat Aceh harus sadar bahwa kebiasaan ngopi di warkop berpotensi terjadi penyebaran korona. Jangan sampai pulang dari warkop kita sebarkan virus pada keluarga. 

Tundalah sejenak ngopi di warkop demi ngopi di warkop lebih lama lagi. Setelah korona lenyap, ngopi bersama kolega dan keluarga pastinya lebih nyaman. Sehebat apapun pemda Aceh mencegah penyebaran virus korona, tanpa kerjasama rakyat Aceh, semua akan sia-sia. Jangan sampai kenekatan membawa pada jurang penyesalan.

Coba bayangkan ketika sanak-keluarga harus pergi karena dirawat sebagai pasien. Dan mereka tertular hanya karena kenekatan kita untuk bersenang-senang di warkop. Cobalah untuk menahan diri, cobalah bersabar, semua demi kebaikan kita semua. Mari tinggalkan warkop sejenak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun