Transmisi lokal di Aceh terus bertambah. Hingga saat tulisan ditulis, setidaknya total rakyat Aceh yang terinfeksi korona berjumlah 49 orang dengan 20 sembuh dan 2 orang meninggal dunia. Angka ini di luar dugaan mengingat sebelumnya Aceh termasuk provinsi dengan angka tertular paling sedikit.
Melihat pertambahan pasien dan bukan disebabkan karena perjalanan sebagaimana kasus sebelumnya, Aceh kini dapat menjadi 'bom' waktu. Aceh dapat menjadi salah kawasan berlabel merah apabila tidak dilakukan usaha pencegahan. Bukan hanya usaha oleh pemda Aceh akan tetapi kesadaran rakyat Aceh pada umumnya.
Pemda Aceh boleh saja mengimbau agar rakyat Aceh tidak bepergian ke zona merah. Namun dengan penularan tingkat lokal belakangan ini, usaha itu tak cukup. Selain itu, protokol kesehatan yang selama ini diimbau juga tak benar-benar dilakukan rakyat Aceh sehingga perlu sebuah usaha bersama.
Sama-sama kita ketahui rakyat Aceh sangat menggandrungi warung kopi. Ngopi bersama teman-teman, keluarga, kolega kantor, bagi rakyat adalah tradisi yang sudah mengakar. Bahkan ketika virus korona sudah begitu sering muncul di media massa dan sosial, rakyat Aceh tak bergeming. Warkop masih saja menjadi tempat idola.
Kini dengan penyebaran lokal yang semakin nyata, dan pemerintah pusat telah memulai new normal, menurut saya rakyat Aceh Sebaiknya jeda ngopi di warkop. Tentu saja sulit sekali meninggalkan warkop. Ngopi sudah menjadi gaya hidup rakyat Aceh, no ngopi no party, begitulah kira-kira. Kehidupan rakyat Aceh memang sulit dipisahkan dari warkop, banyak urusan dibicarakan di warkop.
Para pebisnis, politisi, aktivis, mahasiswa, seakan telah terikat batin dengan warkop. Sehari tak ke warkop seolah ada yang hilang. Seolah hari itu adalah hari buruk dalam hidup. Namun dengan hadirnya OTG (Orang Tanpa Gejala) dan penularan lokal, tidak ada pilihan lebih bijak bagi rakyat Aceh agar sejenak jeda ngopi di warkop.
Memang mengubah kebiasaan bukan hal mudah. Namun perubahan adalah keniscayaan, tanpa memahami perubahan dan ikut dalam perubahan itu, kita akan tereleminasi. Karenanya, rakyat Aceh harus sadar bahwa kebiasaan ngopi di warkop berpotensi terjadi penyebaran korona. Jangan sampai pulang dari warkop kita sebarkan virus pada keluarga.Â
Tundalah sejenak ngopi di warkop demi ngopi di warkop lebih lama lagi. Setelah korona lenyap, ngopi bersama kolega dan keluarga pastinya lebih nyaman. Sehebat apapun pemda Aceh mencegah penyebaran virus korona, tanpa kerjasama rakyat Aceh, semua akan sia-sia. Jangan sampai kenekatan membawa pada jurang penyesalan.
Coba bayangkan ketika sanak-keluarga harus pergi karena dirawat sebagai pasien. Dan mereka tertular hanya karena kenekatan kita untuk bersenang-senang di warkop. Cobalah untuk menahan diri, cobalah bersabar, semua demi kebaikan kita semua. Mari tinggalkan warkop sejenak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H