Pandemi korona menjadi momentum bagi beberapa profesi yang tetap eksis. Para penjual barang secara online barangkali yang paling beruntung dengan adanya pandemi. Mereka tetap bisa berjualan dari rumah namun bagaimana jika moda transportasi macet. Mereka akan kena imbasnya, harga ongkir (ongkos kirim) terpaksa naik.
Sementara itu beberapa profesi terpaksa berhenti sejenak karena penularan virus korona yang semakin cepat. Satu-satunya profesi yang sangat populer dan tetap dibutuhkan ialah dokter. Selain tenaga medis lainnya. Dokter memang profesi yang terhormat, bukan berarti profesi lain tidak.Â
Namun profesi ini dianggap memiliki 'kelas' tertentu, bahkan menjadi dokter dianggap mengangkat marwah keluarga. Itulah mengapa beberapa universitas swasta selalu menghadirkan fakultas kedokteran di universitasnya.
Kursi kedokteran selalu jadi rebutan calon mahasiswa. Tak peduli biaya pendidikan yang mahal, mereka yakin setelah lulus semua pengeluaran bakal kembali. Kini, profesi ini bertambah nilainya. Profesi dokter dianggap pahlawan dalam menghadapi pandemi. Dan profesi ini menjadi satu-satunya harapan bagi kelangsungan sebuah negara, ditambah dengan profesi kesehatan lainnya seperti perawat serta tenaga medis lain.
Ketika perang terjadi, profesi dokter dan perawat juga sangat penting. Di masa normal profesi ini juga berperan dan tetap dibutuhkan. Itu artinya profesi dokter selalu dibutuhkan dalam segala kondisi dan situasi, artinya profesi tidak akan termakan zaman dan situasi. Tidak tergantikan dengan tekhnologi apapun. Wajar apabila ke depan jurusan kedokteran akan laris manis.Â
Bisa saja nantinya setiap keluarga akan berharap salah satu anaknya harus menjadi dokter. Tak peduli harus membayar mahal bahkan menyuap untuk masuk universitas swasta yang berorientasi uang. Bukan mustahil, antusiasnya masyarakat yang ingin anaknya menjadi dokter akan dimanfaatkan para mafia pendidikan. Mereka membuka jurusan kedokteran karena antusiasnya memasuki jurusan kedokteran. Akibatnya apa?Â
Banyak implikasi negatif yang akan dirasakan apabila pembukaan jurusan kedokteran asal memenuhi antusiasme masyarakat. Praktik jual beli kursi dipastikan akan menjadi salah satunya. Belum lagi praktik jual-beli nilai semasa kuliah. Kita berharap hal itu tidak terjadi. Meski profesi dokter merupakan profesi prestigius namun jangan menghalalkan segala cara demi mencetak dokter sebanyak-banyaknya karena salah diagnosa nyawa taruhannya.
Suatu hari saya pernah membawa teman sakit. Dokter pertama menyatakan teman saya sakit demam berdarah, setelah ganti jam kerja dan masuklah dokter lain ternyata teman saya hanya gusi berdarah. Itu artinya dirujuk ke poli gigi. Bayangkan bila saat itu saya memiliki uang dan langsung menebus obat demam berdarah yang direkomendasikan dokter pertama.Â
Sejak saat itu, setiap kali ada teman yang sakit atau saya yang sakit, akan selalu membawa ke beberapa dokter. Apabila diagnosa sama, barulah dilanjutkan dengan pengobatan lanjutan.
Hari ini, di masa pandemi, kita sangat membutuhkan jasa dokter. Dan beberapa negara malah kekurangan dokter. Itulah mengapa saya percaya profesi ini akan laris manis. Jurusan kedokteran akan menjadi incaran utama di masa kini maupun masa depan.