Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Bumi Manusia", Film Literasi

6 Agustus 2019   12:05 Diperbarui: 6 Agustus 2019   12:11 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: cnbcindonesia.com

Itu artinya kekuatan tulisan mampu menjadikan Indonesia sebagai negara berdaulat, terbebas dari penjajahan. Sayangnya tulisan-tulisan nasionalisme yang 'menghasut' dan 'memprovokasi' pembaca untuk mencintai negerinya makin jarang kita temukan.

Padahal penjajahan masih berlanjut. Kita sering dijajah pemahaman yang salah. Kita sering dijajah identitas. Kita terlalu sering dijajah ego dan bahkan diperbudak jabatan dan harta.

Dari film Bumi Manusia, kita dapat belajar bagaimana institusi pendidikan sangat menghargai karya intelektual bukan hafalan. Lulus atau mendapatkan tiket sekolah bukan dari hafalan kitab suci maupun hafalan rumus matematika. 

Kalau sekadar menghafal, tentu lebih hebat robot. Dan kalau yang dijadikan ukuran kelulusan adalah hafalan kitab suci, tentu akan menuju pada penistaan kitab suci itu sendiri. Apalagi bila beberapa ayat ditukar dengan beberapa liter BBM.

Fenomena ini sedang terjadi. Anehnya lagi, fenomena itu sudah masuk ranah perguruan tinggi. Sebuah tempat yang harusnya menjunjung tinggi sikap ilmiah malah menjadi lembaga pembodohan.

Religiusitas seseorang bukan diukur dari hafalan, bukan pula dari simbol-simbol agama. Akan tetapi, dari sikap dan kepribadian seseorang dalam merespons problem kehidupan.

Institusi pendidikan kita harusnya mencontoh bagaimana penjajah yang begitu menghargai intelektualitas seseorang. Sebagaimana dikisahkan dalam film Bumi Manusia.

Dalam film ini, kita akan saksikan pula kisah cinta antara Minke dan Annelies. Sebagaimana novelnya, Annelies merupakan anak dari Nyai Ontosoroh yang merupakan istri simpanan dari Mellema, seorang keturunan Eropa.

Sebagai istri simpanan dari keturunan Eropa, Nyai Ontosoroh dianggap sepele bahkan dikucilkan dari pergaulan. Namun ia menjawab semua keraguan dengan belajar. Meningkatkan kualitas dirinya tanpa kenal lelah.

Nyai Ontosoroh sebagaimana Minke telah melampui identitasnya. Saat ini, yang tersulit dilakukan bangsa ini ialah melampui identitasnya. Kita cepat marah apabila identitas agama, suku, maupun dukungan politik dihina.

Akibatnya, kita sulit berbaur dengan identitas yang berbeda. Kita selalu curiga bila identitas lain lebih baik. Kita malah menyalahkan identitas orang lain yang dibawanya sejak lahir. Identitas yang tidak bisa dipilihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun