Video viral pernyataan Ma'ruf Amin terkait Ahok merupakan bukti nyata bahwa beliau memiliki peran aktif dalam pilkada DKI Jakarta. Video itu juga membuktikan ketidksukaan Ma'ruf Amin terhadap Ahok. Seolah membuka luka lama Ahok, selain kalah dalam pilkada ia harus mendekam dalam penjara. Belum sembuh luka itu, Jokowi menambahnya dengan memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya.
Jokowi tak peduli dengan Ahok, baginya kemenangan pilpres lebih utama. Paham bahwa isu Agama membuat Ahok gagal dalam pilkada, Jokowi dengan cepat mengambil Ma'ruf Amin sebagai pendamping sekaligus membatalkan Mahfud MD yang sudah bersiap-siap mendampingi Jokowi saat itu. Begitulah politik, selalu dinamis dan tak terduga.
Ahok yang begitu membela Jokowi pada pilpres 2014 seolah tak digubris Jokowi. Dalam pilpres 2019 hanya dibutuhkan untuk menarik suara Ahokers. Para pendukung Ahok yang begitu membenci Ma'ruf Amin atas andilnya sebagai Ketua MUI saat itu, kini harus menelan ludah sendiri dan terpaksa mendukung Ma'ruf Amin. Ahok hanya dijadikan lumbung suara bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf.
Tanpa parpol dan bukan TKN, Ahok kini hanya masa lalu bagi Jokowi. Ahok hanya boneka dalam permainan besar Jokowi. Barangkali inilah 'pengkhianatan' yang kini dirasakan Ahok. Ingin rasanya Ahok kembali pada Prabowo tapi ia malu, sebabnya ia telah dua kali mengkhianati Prabowo. Meskipun saya yakin Prabowo akan menerimanya sebagaimana ia menerima Anies Baswedan.Â
Kini Ahok hanya berharap belas kasih dari Megawati. Ketua Umum PDIP yang kini menjadi parpol tempat Ahok berteduh. Ahok memang terkenal suka gonta-ganti parpol sejak ia berpolitik. Bahkan melalui TemanAhok, ia saat itu percaya diri tak butuh parpol untuk mendaftarkan diri sebagai Cagub DKI Jakarta. Namun akhirnya Ahok tetap butuh tanda tangan para Ketua Umum parpol. Ahok sadar kini tak memiliki kekuatan politik, ia hanya bisa berdiam diri dan mengurus istri barunya.Â
Nama Ahok yang sempat diprediksi bakal menjadi capres atau cawapres sepertinya tinggal wacana. Ahok kini menjadi petugas partai (PDIP), barangkali 'jatah' menteri bisa ia raih atas belas kasihan Megawati. Kecuali PSI menang dalam pemilu, nama Ahok barangkali laku dijual dalam pilpres 2024. PSI bisa saja mencalonkan Ahok dalam pilpres 2024, minimal sebagai cawapres. Sementara partai-partai lain tampaknya enggan tergerus suaranya bila mencalonkan Ahok.
Bahkan Jokowi selama Ahok keluar dari penjara seperti tak pernah kenal Ahok. Barangkali Jokowi takut menyebutkan nama Ahok apalagi bertemu Ahok akan menggerus elektabilitasnya. Maklum saja, pendukung Ahok tak sebanyak yang tak suka pada Ahok. Beda dengan Anies maupun Sandi yang tak sungkan menemui Ahok saat itu.
Jokowi barangkali menolak dikatakan mengkhianati Ahok namun fakta berkata lain. Jokowi benar-benar tak butuh Ahok meski bayang-bayang Ahokers golput membuat Jokowi aktif berkampanye jangan golput. LSI juga merilis bahwa bila golput mendominasi maka Jokowi bisa kalah. Didalam kelompok golput itu tidak tertutup kemungkinan para pendukung Ahok. Mereka memilih golput ketimbang mendukung kedua capres. Beda apabila Jokowi tidak memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres.
Bubur sudah basi, kalau nasi menjadi bubur masih enak dimakan bahkan bagus bagi pencernaan tapi ini buburnya sudah basi. Ma'ruf Amin terekam ingin menghabisi Ahok meski katanya itu dalam konteks pilpres ia mendampingi Jokowi.
Para pendukung Ahok pastinya bukan orang-orang bodoh yang mudah mendengar klarifikasinya Ma'aruf Amin dan sikap Jokowi yang acuh terhadap Ahok. Pendukung Ahok yang cerdas akan memberi pelajaran bagi Jokowi dalam pilpres mendatang.Â