Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rizal Ramli, Anda Bukan Jawa

16 Maret 2018   11:45 Diperbarui: 16 Maret 2018   11:46 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto merdeka.com

Tulisan ini bukan mengajak kita menjadi rasis namun fakta sejarah perpolitikan yang mengatakan demikian. Sulit rasanya bahkan nyaris mustahil seseorang yang bukan keturunan Jawa dapat menjadi Presiden Indonesia. Itulah sebabnya deklarasi Rizal Ramli tak punya pengaruh sedikitpun bagi pilpres 2019.

Selain ego jawaisme, sistim juga tidak mendukung Rizal Ramli. Dukungan dari parpol dengan syarat 20 persen dipastikan sulit didapat Rizal Ramli. Kalau tujuannya menjadi cawapres Jokowi barangkali lebih ada peluang. Dan itupun harus berjibaku dengan parpol-parpol pengusung Jokowi. Bang Rizal Ramli harus sadar diri, jangan terlalu berharap menjadi Presiden pada pilpres 2019.

Bila Bang Rizal Ramli keturunan Jawa barangkali ada pertimbangan parpol mendukung namun taqdir menyatakan tidak demikian. Masyarakat Jawa hanya 1-2 persen yang tidak jawasentris, selebihnya masih mengedepankan jawa dan bukan jawa. Lihat saja Jusuf Kalla yang babak belur saat berhadapan dengan SBY. Hal yang sama tidak kita jumpai di Sumatera dan Kalimantan maupun Sulawesi.

Kandidat-kandidat yang berasal dari kepulauan-kepulauan diatas belum tentu menang dipulau tersebut. Bandingkan dengan pulau Jawa, sudah dapat kita tebak hasilnya pasti kandidat asal jawa dan keturunannya. Kandidat diluar pulau Jawa dan bukan keturunan Jawa pasti sulit tidak akan menang. Sementara suara terbanyak berasal dari pulau Jawa, and Rizal Ramli you're not Javanese.

Kenyataan ini hanya dapat diubah apabila masyarakat Jawa tidak lagi mementingkan capres berdasarkan nasabnya atau kita menggunakan keadilan proporsional. Misalnya, Propinsi Jawa Barat dengan pemilih 32 Juta orang dan Propinsi Aceh dengan 3 juta pemilih bernilai sama. Bila seorang kandidat menang di Aceh itu sama nilainya bila menang di Jawa Barat. Bukan total pemilih yang dihitung akan tetapi persentase kemenangan dari total pemilih yang memilih.

Bila menggunakan sistem keadilan proporsional, kandidat dari luar Jawa seperti Rizal Ramli punya peluang yang sama dengan kandidat dari Jawa. Sekali lagi saya tegaskan bahwa ini bukan rasis akan tetapi fakta sejarah pilpres selama ini. Menggunakan keadilan proporsional memang belum familiar dalam demokrasi kita. Namun patut dicoba, setidaknya bila kita ingin Indonesia bukan hanya milik Jawa.

Keinginan Rizal Ramli untuk menjadi capres patut diapresiasi sekaligus dicermati, mengapa calon dengan kemampuan dan integritas sulit terpilih walaupun didukung parpol. Barangkali kedewasaan pemilih menjadi faktor yang strategis ditambah sistem demokrasi. Rizal Ramli hanya mungkin terpilih bila kita berani menggunakan keadilan proporsional bukan one man one vote, sebagaimana selama ini kita lakukan.

Amerika Serikat kita ketahui menggunakan keadilan proporsional, walaupun secara kuantitas Hillary unggul atas Donald Trumph akan tetapi secara kualitas Donald unggul. Indonesia yang menganut kebhinnekaan tunggal ika sudah sepatutnya menggunakan keadilan proporsional, sehingga peluang suku minoritas dan mayoritas sama kuat. Dominasi sebuah suku seolah menolak fitrah Indonesia yang ditaqdirkan lahir bersuku-suku dan bahasa berbeda.

Kita lupa atau sengaja lupa bahwa Indonesia bukan hanya Jawa, bukan pula hanya Papua, Kalimantan maupun Sulawesi serta Sumatera. Gugusan kepulauan dan suku serta bahasa yang berbeda, namun menyatakan berbahasa satu, berbangsa satu serta bertanah air satu, itulah Indonesia.

Allah menjadikan Indonesia sebagai salah satu contoh dalam keragaman, keragaman suku yang mengharuskan kita saling mengenal, saling tolong menolong dalam kebaikan dan bukan malah saling memusuhi (QS.10:13) sehingga sudah saatnya kita bangun demokrasi yang lebih proporsional. Orang seperti Rizal Ramli harusnya diberi kesempatan memimpin, dan masih banyak Rizal Ramli lain yang harusnya tidak kalah dalam pilpres karena bukan Jawa.

Kalaupun sistem belum mendukung, kita berharap saudara-saudara dari Jawa memilih pemimpin bukan berdasarkan sukunya. Akan tetapi dipilih berdasarkan kapasitas, kapabilitas serta integritas. Bang Rizal Ramli, you're not Javanese, don't try to be president.

Sumber tulisan https://donzakiyamani.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun