Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies dan Sandiwara Politik

26 Oktober 2017   15:27 Diperbarui: 26 Oktober 2017   16:24 5375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: merdeka.com

Anies dan Sandi sepertinya sedang memimpin sebuah negara, setidaknya itu yang tercermin sejak mereka dilantik. Setelah pelantikan mereka langsung dikomentari oleh berbagai kalangan dan menariknya dari berbagai daerah. Setidaknya sudah dua pelaporan ke pihak berwajib yang dilayangkan kepada Anies setelah mereka dilantik.

Anies-Sandi, terutama Anies berhasil menjadi pusat pemberitaan. Bahkan beberapa yang sentimentil atau belum bisa menerima kekalahan dalam pilkada, membuat video dan meme untuk menyerang Anies-Sandi. Ekspektasi kepada Anies-Sandi melebihi ekspektasi kepada Jokowi-JK. Tanpa disadari mereka menempatkan Anies-Sandi sebagai Presiden dan Wapres.

Penempatan itu berimbas pada alpanya kita dalam mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK. Divestasi saham freeport, dan moraturium pertambangan serta energi lainnya. Menyerang Anies-Sandi bahkan untuk hal yang tidak subtansial, misal soal pakaian Sandiaga, soal cara mereka berkendaraan, dll.

Pemberitaan keduanya sudah terlalu berlebihan, padahal mereka hanya kepala daerah bukan Presiden dan Wapres. Entah apa yang ingin dipuaskan dengan pemberitaan tak penting tersebut. Padahal masa kampanye telah usai, Ahok sudah dipenjara karena lidahnya, Djarot sudah pensiun dan tak mau hadir dipelantikan.

Rangkaian proses politik di Jakarta telah usai, sudah saatnya mengawali perjalanan baru. Suka atau tidak, Anies-Sandi sudah menjadi pemimpin baru Jakarta. Para pendukung Ahok sudah sepatutnya berjiwa besar menerima hasil sejarah. Membangun Jakarta tidak bisa dilakukan dengan sentimentil. Beda pilihan dalam pilkada itu hal wajar namun menjadi tak wajar bila kita mengkritisi hal yang terkait kebijakan.

Kedewasaan kita berdemokrasi terus menjadi pekerjaan rumah bersama. Kalah dan menang memang keharusan dalam sebuah kompetisi. Kemenangan hakiki didapat bila kita mampu mengakui lawan kita lebih baik. Jangan terus larut dalam sesi kampanye yang telah usai, sudah sepatutnya kita melihat jauh kedepan.

Sudahi perang didunia maya, saatnya berdamai dengan kekalahan dan bersahabat dengan kemenangan. Jangan merusak diri sendiri dengan menumbuh kembangkan kebencian, para elit politik hanya tampak dipermukaan bersiterus. Mereka malah ngopi bareng dibelakang kita semua. Kehidupan didunia adalah sandiwara belaka.

Mari berkaca dari perpindahan Ahok, perpindahan JK, perpindahan Anies. Itu fakta bahwa politisi tidak seperti yang kita kira. Bagi mereka tidak ada hal yang prinsipil semua labil dan fleksibel. Mereka bersikap sesuai kebutuhan, seperti Megawati yang telah berjanji akan mendukung Prabowo 2014 namun faktanya malah mencalonkan kadernya sendiri.

Dan masih banyak lagi kisah politik dinegeri ini yang kita sering lupakan. Padahal catatan itu harusnya menyadarkan kita semua, dilarang fanatik pada politisi apalagi bersikap anarkis demi dia. Dilarang terlalu mencintai karena kecewa pasti datang lebih cepat. Lihatlah bagaimana mereka yang dahulu sangat kritis akan kenaikkan BBM, kenaikkan TDL, sekarang malah mereka yang menjadi eksekutornya.

Nasib Bangsa ini harus ditangan rakyat bukan ditangan politisi. Fanatisme berarti menyerahkan nasib bangsa pada elit, padahal dengan kekuasaan dan fanatisme ia akan dengan mudah memanipulasi data bahkan dirinya sendiri. Saat itu terjadi, kita hanya bangkai yang berjalan, hanya robot yang berkulit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun