Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pisau Bermata Dua Itu Bernama Kebutuhan dan Keinginan

11 Juli 2017   15:44 Diperbarui: 12 Juli 2017   03:39 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER: PICTARAM.COM

Di awal tahun 2017 saya bertemu sekaligus berkenalan dengan seorang teman. Sebut saja namanya Don Juan. Melihat penampilan dan tutur bahasanya, saya berspekulasi bahwa dirinya berasal dari keluarga yang cukup terpandang.

Setelah cukup lama mengenal, kami mulai berbincang menanyakan asal-usul keluarga, bertukar pikiran dari berbagai macam topik. Suatu ketika Don Juan meminta pendapat kepada teman-teman termasuk saya mengenai handphone baru yang akan dibelinya.

Semua yang mendengar ocehan manis hanya terdiam dan memandanginya. Dia ingin membeli hp yang baru saja keluar dan ditayangkan di media sosial dan televisi. Salah seorang teman menanyakan alasan membeli handphone tersebut, Don Juan hanya menjawab 'Pengen aja, kita kan harus update'. Kemudian salah seorang teman yang lain menimpali jawabannya tersebut. 'Kalau memang itu kamu rasa penting tidak jadi masalah, namun jika handphone itu hanya untuk memuaskan keinginan nafsumu lebih baik jangan. Atau sekadar memamerkan lebih baik jangan'.

Sontak mendengar omongan tersebut, Don Juan menaikkan alisnya ke atas menandakan ketidaksetujuaan lalu diam. Sementara tanggapan dari teman yang lain beranekaragam, ada yang setuju adapula yang tidak.

Usai berbincang tentang HP Don Juan yang tak berujung, kami beranjak ke topik lainnya. Di tengah perbincangan yang ngalur-ngidul itu saya memberanikan diri bertanya dengan kawan yang cukup lama berteman dengan Don Juan. 'Bung, katanya don juan baru saja membeli handhpone? Kok dia mau beli lagi? Kenapa ya'? Tanyaku polos. Mendengar pertanyaanku, awalnya temanku hanya tersenyum, kemudian dia menjawab pertanyaanku.

'Dia itu tidak pernah puas dengan barang khususnya HP dan sepatu. "Kamu tahu sepatu yang dimilikinya kira-kira 12 pasang, sedangkan hpnya sering sekali bergonta-ganti'. Entah atas dasar apa, aku juga tidak paham dengan cara berpikir Don Juan. Namun, kata teman-teman yang lama mengenalnya, dirinya tidak pernah puas jika tidak memegang atau memiliki hp dan sepatu baru.

Lalu aku kembali bertanya, memangnya kamu tidak memberi tahu, bahwa keinginan untuk terus menerus membeli barang itu sangat tidak baik dan akan membawa dampak yang kurang mengenakkan ke depan? Dengan santainya, temanku menjawab, 'kamu lihat saja tadi ketika diberitahu, bagaimana mimik wajahnya ditekuk seperti kertas.Mendengar jawaban tersebut aku langsung terdiam dan memahami.

Cerdas Memilih

Usai berbincang, saya mulai merenung dan berpikir bahwa yang sedang terjadi pada Don Juan tidak lepas dari budaya konsumerisme. Budaya ini sangat cepat merasuki pikiran manusia. Hal itu terbentuk karena adanya pengaruh dari beberapa faktor salah satunya iklan media. Sebagaimana diketahui, iklan media memiliki pengaruh yang cukup besar. Mereka setiap harinya berlalu-lalang tiada henti di depan layar layar kaca maupun sosial media khususnya, (Instagram dan Line) guna menawarkan berbagai macam produk.

Tanpa disadari, otak manusia 'dicuci' atau dihipnotis agar membeli suatu barang yang selalu uptodate dan dianggap bisa mengangkat harkat dan martabat atau status sosial mereka. Padahal realitanya tidak begitu. Akibatnya, manusia sulit untuk meredam keinginannya membeli suatu produk atau barang, mereka susah untuk menahan nafsunya dan jika tidak membeli rasanya kurang pas atau kurang afdol.

Kebutuhan dan keinginan seperti pisau bermata ganda, di satu sisi dibutuhkan namun di sisi lain mematikan. Melihat hal tersebut, dibutuhkan kecerdasan dalam diri manusia untuk bisa memilah mana yang benar-benar dibutuhkan dan mana keinginan. Sebab, jika tidak dilakukan maka akan berdampak negatif dalam kehidupan kita, mulai dari susahnya mengatur perekonomian, dicap sebagai orang yang sering gonta-gonti barang (padahal tidak sesuai dengan kebutuhan dan kenyataan) dan menjadi pribadi yang sulit mensyukuri barang yang sudah dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun