Inspirasi Biblis Injil Markus 10:1-12
Para saudara yang dikasihi Tuhan, suatu kebiasaan dianggap benar kalau hal itu dilakukan secara berulang. Sejak usia dini, manusia memperhatikan orang-orang di lingkungan sekitarnya dan merekam dalam memori cara bertutur kata, bersikap, berpakaian dan seterusnya.Â
Situasi atau pola hidup suatu masyarakat akan mempengaruhi kepribadian generasi muda yang dibesarkan di dalamnya. Kita akan mendapat kesan yang berbeda ketika melihat model pakaian umat di paroki A yang terletak di daerah perkotaan dengan umat di paroki B yang terletak di wilayah lain yang terletak di pesisir pantai atau di perkampungan.
Di paroki A kita melihat begitu banyak umat yang ikut Misa mengenakan celana pendek, maju kaus tidak berkerah, sandal jepit dan semacamnya. Sedangkan di paroki atau keuskupan B, umat sangat membedakan pakaian untuk jalan-jalan ke pantai, olahraga dan busana ibadat di gereja. Bila ke gereja, mereka mengenakan kemeja, celana panjang berbahan kain, sepatu pantofel dan semacamnya.Â
Bagi kita yang baru berkunjung ke kedua gereja tersebut, terlihat jelas betapa kontrasnya cara berpakaian umat di gereja. Bahkan, kita langsung menyadari bahwa di paroki A, banyak umat tidak mengenakan busana yang sepantasnya. Tetapi mungkin saja mereka tidak menyadari hal tersebut. Mereka tidak memikirkan perkara pantas atau tidak. Mereka sudah terbiasa dan nyaman dengan gaya itu, serta merasa diri benar. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang menggerutu waktu Pastor Paroki mengharuskan umat berpakaian formal dan pantas di gereja.
Para saudara sekalian, orang-orang Farisi yang berbicara dengan Yesus dalam Injil yang kita dengarkan hari ini juga sepertinya sudah terbiasa dengan tradisi perceraian. Kalau pasangan suami-istri sudah bosan dalam perkawinan, tidak cocok, solusinya ialah cerai. Orang-orang Farisi merasa benar dan berusaha mempertahankan aturan boleh cerai tersebut.Â
Tetapi Yesus mengajar dengan tegas tidak boleh bercerai. Apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Yesus menjelaskan mengapa Musa mengijinkan cerai, yakni karena ketegaran hati orang pada masa itu. Jadi, bukan karena cerai itu solusi atas masalah dalam hidup perkawinan.
Para saudara terkasih, dalam kehidupan sehari-hari, ada kebiasaan-kebiasaan kita yang kurang tepat. Hal itu bisa karena meniru orang lain, aturan lama atau kemauan diri sendiri. Entah karena merasa nyaman atau apa, kita ingin mempertahankan kebiasaan yang salah tersebut.Â
Misalnya dalam bertutur kata. Kalau disadari kembali, ada banyak kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut kita. Kita sudah terbiasa mengucapkannya sehingga tidak sadar ketika orangtua atau siapapun di sekitar kita kaget mendengar betapa kasarnya pilihan kata yang keluar dari mulut kita.Â
Oleh sebab itu, marilah kita berani meninggalkan kebiasaan lama yang salah. Tentu saja, perlu ada pengorbanan untuk mengakui bahwa itu salah dan meninggalkan zona nyaman. Mari belajar membiasakan yang benar supaya hidup kita semakin berkenan kepada Allah.
Salam damai Kristus