Mohon tunggu...
Dominikus Waruwu
Dominikus Waruwu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka menghabiskan waktu luang dengan membaca buku, menonton film, berolahraga, menulis dan belajar musik. Saya ingin membuat hari-hari saya terisi dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan supaya hidup menjadi maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Manusia Perlu Mengharapkan Sesuatu?

5 November 2022   19:24 Diperbarui: 5 November 2022   19:33 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam suatu diskusi, salah satu dari teman saya mengatakan bahwa manusia tidak perlu mengharapkan apapun yang belum terjadi. Manusia seharusnya bersikap pesimis dalam menghadapi berbagai kemungkinan masa depan.

 Orang yang pesimis takut kalau-kalau hal yang dia inginkan tidak terrealisasikan. Maka secara insting, keresahannya itu mendorongnya untuk terus menerus memastikan bahwa hal yang dia cita-citakan akan terwujud. Ia melakukan berbagai cara supaya ia memperoleh atau mencapai apa yang ia harapkan. Begitu penjelasan teman saya.

Ia memberi alasan mengapa manusia tidak boleh optimis atau berharap bahwa keinginannya terkabulkan. Orang yang berharap akan merasa kecewa apabila apa yang diharapkannya tidak terwujud. Ia merasa putus asa dan menyalahkan orang lain. 

Kalau demikian, berharap bisa membahayakan diri sendiri dan bahkan sesamanya. Jadi, pada prinsipnya manusia tidak boleh berharap. Lebih baik bagi manusia untuk tidak mengharapkan apa-apa daripada harapan itu tidak didapatkan.

Setelah merenungkan penjelasannya itu, saya merasa tertarik. Akan tetapi, saya tidak serta merta mengafirmasinya. Saya lebih suka berpikir sebaliknya. Menurut saya, manusia tentu harus memiliki harapan. Akan tetapi, cara berharap yang benar adalah tidak dengan bersikap pasif. 

Apabila mengharapkan sesuatu, seseorang tidak boleh diam saja atau menunggu suatu keajaiban terjadi. Ia harus melakukan sesuatu supaya harapannya itu tidak sekedar harapan tetapi terwujud.

Dalam hal berharap, manusia juga perlu realistis. Ia hanya boleh mengharapkan sesuatu yang memungkinkan untuk diusahakan. Dalam hal ini perlu yang namanya abstraksi. Dengan berabstraksi, ia membayangkan, mengimajinasikan dan memperhitungkan segala sesuatu yang berkaitan dengan objek harapannya itu. 

Secara umum, ia memikirkan hambatan-hambatan yang menghalanginya mencapai impiannya dan ia memperhitungkan bantuan-bantuan yang dapat digunakan sebagai sarana yang mempermudah dia mewujudkan harapannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun