Secara normatif, pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan merupakan mekanisme transfer nilai yang melibatkan dua kelompok subyek: pendidik dan peserta didik. Selain subyek, ada pula lingkungan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, juga lingkungan masyarakat. Selain itu faktor sarana pendukung tak bisa diabaikan. Dengan berkembangnya zaman strategi pendidikan, kebutuhan serta pemanfaatan sarana pendukung pendidikan ikut berkembang pula.
Momentum kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ditandai dengan ditemukan dan mampu dibangunnya jaringan nirkabel yang lebih dikenal dengan interconnection network (internet). Internet adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung. Internet merupakan jaringan yang terdiri dari milyaran komputer yang ada di seluruh dunia. Internet melibatkan berbagai jenis komputer serta jaringan yang berbeda.
Banyak dampak positif yang diperoleh dalam perjalanan pemanfaatan teknologi internet dan perangkat pendukungnya dalam kehidupan manusia, meski tak dapat dipungkiri ada pula dampak negatif yang timbul. Dengan peralatan yang mendukung, orang dapat mengakses informasi sebanyak mungkin, tetapi pada saat yang sama orang dapat terpapar situs-situs penyedia konten pornografi. Orang dapat menyerukan perdamaian dunia, pada saat yang sama ada yang menyerukan perang dan pembunuhan terhadap orang maupun kelompok lain. Meskipun terdapat dampak negatif bawaan yang menyertai pemanfaatan internet, pada dasarnya internet merupakan sarana penunjang kehidupan manusia saat ini.
Sejak tahun Desember 2019 dunia dihebohkan dengan munculnya virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok. Dari Wuhan, virus ini menyebar menjadi pandemi yang melanda seluruh dunia. Salah satu dampak pandemi ini adalah pembatasan sosial secara maksimal. Pada saat inilah internet melaksanakan fungsinya sebagai penghubung antar-individu dan kelompok. Komunikasi maupun kerja dilaksanakan tanpa bertemu muka dengan muka tetapi dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet dengan perangkat pendukungnya seperti komputer, laptop, ponsel, tablet dll.
Sekarang jaringan internet juga dimanfaatkan oleh dunia pendidikan formal. Sebagai sarana pendidikan, internet membantu penggunanya mendapatkan sumber-sumber belajar yang baik. Pemanfaatan ini meningkat pesat setelah pandemi Covid-19 melanda. Selain sebagai sarana penyedia sumber belajar, internet membantu dalam pelaksanaan kegiatan belajar antar pendidik dan peserta didik, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai level perguruan tinggi.
Masalah ikutan yang kemudian timbul adalah laporan beberapa kasus tentang meningkatnya angka kecanduan internet. Masalah ini khusus menyoroti anak-anak dan remaja usia sekolah yang aktif melakukan pembelajaran daring sesuai protokol kesehatan Covid-19 yang ditetapkan secara umum. Bagaimana kecanduan internet ini muncul? Apakah metode pembelajaran daring dapat meningkatkan kecanduan internet?
Menurut Arthur T. Hovart, adiksi atau kecanduan berarti suatu aktivitas atau substansi yang dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif. Lance Dodes dalam “The Heart of Addiction” menyebutkan ada dua kategori kecanduan, yaitu kecanduan fisikal dan non-fisikal. Kecanduan fisikal merupakan jenis kecanduan yang berhubungan dengan hal-hal fisik, misalnya kecanduan terhadap alkohol atau narkoba, sedangkan non-fisikal merupakan jenis kecanduan terhadap hal non-fisik. Kecanduan internet termasuk dalam kategori non-fisik. Keanduan internet sebagaimana jenis kecanduan lainnya akan memengaruhi kondisi fisik, psikologis, perilaku dan kemampuan sosialisasi seseorang
Kecanduan internet adalah suatu gangguan psikofisiologis yang ditandai dengan menghabiskan waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat online. Kecanduan internet terlihat dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di depan perangkat yang terhubung ke jaringan internet sampai membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan mereka juga lingkungan mereka. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak dapat mengakses jaringan diinternet. Beberapa bentuk gejala kecanduan ditunjukkan dengan kurangnya tidur, kelelahan, nilai yang buruk, performa kerja yang menurun, lesu dan kurangnya fokus. Penderita juga cenderung kurang terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial.
Beberapa tahun lalu penelitian terhadap kecanduan internet pada anak-anak dan remaja lebih memberi perhatian terhadap masalah sekitar kecenderungan mengakses situs berisi konten pornografi, perjudian online, relasi maya, game online dan beberapa fitur lain. Anak-anak dan remaja mencari kesenangan dengan mengakses situs-situs simaksud di atas karena sesuai tingkat perkembangan mereka menyukai pengalaman-pengalaman baru dan menantang. Dengan internet banyak sekali hal baru, menarik dan menantang mudah didapatkan dan dipelajari.
Sekarang, pada kondisi pandemi yang mengharuskan anak-anak dan remaja belajar dari rumah, akses terhadap penggunaan internet semakin terbuka. Anak-anak dan remaja menempatkan ketersediaan jaringan internet sebagai salah satu kebutuhan utama mereka. dampak penyertanya adalah anak-anak semakin lama berselancar di dunia online tanpa bisa dibatasi dengan ketat karena alasan pamungkas belajar tersebut. kemudian, karena banyaknya tugas belajar yang harus mereka kerjakan, sering anak dan remaja menghabiskan sebagian besar waktunya mengakses berbagai sumber belajar dengan internet. Rasa ingin tahu dan menyukai hal-hal baru membuat mereka cenderung untuk mencari bahan belajar sebanyak mungkin. Selain mengakses sumber belajar, mereka sekalian bisa mengakses media sosial untuk berkomunikasi dengan teman mereka, baik yang sudah bertemu di dunia nyata maupun teman yang mereka temukan di dunia maya. Tak tertutup pula kemungkinan mereka terperangkap dalam situs-situs game online, judi online, konten-konten kekerasan, juga situs-situs porno.