Mohon tunggu...
Domesia Novi Handayani
Domesia Novi Handayani Mohon Tunggu... wiraswasta -

I'm a dreamer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jawablah, Peri Hutan Beuk!

8 Desember 2013   22:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daun beuk yang menguning tak lagi bergantung pada rantingnya yang kering. Hanya berserak beku di bawah salju yang dingin.

Ini tahun ketujuh mereka tenang menikmati selimut salju tanpa gangguan kita lagi. Kamu tidak lagi mengeruk-keruk salju dan aku tak lagi mengobrak-abrik timbunan kering daun beuk. Kamu tidak lagi tertawa-tawa di atas gundukan salju yang kau kumpulkan dan aku tak lagi menari-nari dihujani daun beuk kering yang kusebar ke udara.

Hutan beuk ini kini sunyi. Mungkin hutan ini kini merindukan kita. Atau mungkin malah bahagia menikmati kesunyian ini.

Entah.

Aku hanya bisa tersenyum mengenang hari-hari kita di sini. Berjalan sepi ditemani ranting kering beuk yang berbisik diterpa angin, menuju danau tempat kamu meninggalkanku.

Aku datang untuk bertanya sekali lagi. Mengapa?

Aku tahu kamu mencintai tempat ini. Aku juga. Dan aku selalu ingat, kamu selalu berkata bahwa kamu ingin selamanya tinggal di sini. Sampai mati. Sampai menjelma menjadi peri penghuni hutan beuk dan bergabung bersama peri-peri lain yang selalu mengintip kita dari balik pepohonan beuk saat kita bermain di sini. Kamu, katamu, juga ingin mengintip aku bermain di sini. Aku selalu protes. Aku tidak mau bermain sendiri. Kamu harus bermain bersama aku. Tidak hanya mengintipku.

Tapi kamu telah mengabaikan protesku. Dan aku buktikan bahwa aku tidak mau bermain sendiri. Aku datang hanya untuk sekali lagi bertanya, mengapa?

Saat ini kamu pasti ada di balik salah satu pohon-pohon beuk ini. Aku sudah di sini. Di tempat kamu memutuskan untuk bergabung selamanya dengan peri-peri hutan beuk. Keluarlah. Berilah aku penjelasan. Mengapa?

Polisi yang menemukan tubuh bekumu saat itu berkata bahwa kamu putus asa karena sakitmu. Tapi aku yakin pasti itu bukan alasanmu. Aku tak pernah mendengar keluhanmu atas sakitmu. Jadi pasti bukan itu alasanmu. Aku tahu, kamu hanya tidak sabar menunggu untuk menjelma menjadi peri hutan beuk dan tinggal selamanya di sini.

Yang menjadi tanyaku, mengapa kau abaikan protesku? Mengapa kau hanya mengintipku? Keluarlah! Katakanlah bahwa polisi itu salah dan aku benar, Keluarlah! Aku ingin bermain bersamamu…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun