Hai, sobat Kompasiana!
Pernahkan kalian menyadari bahwa kita berkomunikasi tidak hanya melalui kata-kata yang kita ucapkan? Ketika kalian menolak pemberian dari teman kalian, dibanding mengatakan, “Tidak!” kalian justru hanya menggelengkan kepala namun ketika itu juga teman kalian tahu maksud kalian. Gelengan kepala tersebut ternyata tergolong dalam bentuk bahasa, lho!
Kata-kata yang terucap dari mulut kita disebut dengan bahasa verbal, sedangkan bahasa yang tidak menggunakan kata-kata disebut dengan bahasa nonverbal. Oleh karena itu, gelengan kepala dapat memberikan pesan yang sama seperti dengan kata-kata dalam bahasa verbal.
Penulis teringat pada masa kecil ketika masih tinggal bersama orang tua. Orang tua penulis pernah megajarkan mengenai maknanya dibalik bahasa nonverbal ketika menyantap sebuah hidangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan beberapa butir tentang makna dibalik bahasa nonverbal dan verbal dalam table manner. Dengan mempelajari makna bahasa tersebut, harapannya kita semua mampu menciptakan ruang komunikasi yang baik.
“Bahwa seorang komunikator antar budaya yang kompeten harus berhasil menganalisis konteks dan memilih perilaku yang tepat, sehingga perilaku-perilaku yang dianggap tepat membuat perilaku tersebut cocok untuk diberi harapan dari yang dihasilkan budaya tertentu, kendala situasi, dan hubungan antar individu.” - Samovar dan Peter (dalam Kurniawan, 2011)
Makna Dibalik Sikap dalam Table Manner
Don’t make assumption
Ketika seseorang diundang jamuan makan, tidak seharusnya mereka langsung menaburkan garam, merica, atau penyedap rasa lain. Mengapa demikian? Ternyata menambahkan penyedap rasa, seperti garam dan merica sebelum mencicipi makanan yang dihidangkan dianggap tidak menghargai tuan rumah (yang menyediakan makanan). Para tamu sebaiknya mencicipinya terlebih dahulu dan tidak bertindak atas dasar asumsi dan selera mereka. Di balik itu semua, sang tuan rumah ingin menghidangkan kelezatan rasa tertentu kepada para tamunya.
Perhatikan anggota di sisi lain meja
Ketika kalian ingin mengambil sesuatu, baik itu adalah sebuah hidangan, peralatan makan, atau penyedap rasa yang terletak di sudut lain meja, mintalah bantuan orang terdekat. Meminta bantuan kepada orang terdekat dengan benda yang kalian inginkan memiliki makna bahwa kalian menghargai keberadaan mereka. Namun demikian, hal ini tidak perlu dilakukan ketika benda yang kalian harapkan ada dekat atau tepat di depan kalian.
Jangan rakus, be reasonable
Tidak peduli seberapa lapar kalian, berusahalah untuk tetap menyisakan hidangan untuk orang lain. Hal itu juga berlaku meskipun kalian telah menyesuaikan dengan prosi kalian (tidak terlalu banyak atau sedikit). Sehingga terkadang kita akan menerima hidangan lebih sedikit dari porsi idealnya. Sebaliknya, jika kalian tidak menyukai makanan yang dihidangkan, setidaknya ambil sedikit porsi untuk mencicipinya. Sikap ini menunjukkan rasa peduli dan menghargai anggota keluarga, tuan rumah, dan tamu yang lain.
Jangan lupa beri pujian
Ketika kalian diundang jamuan makan, jangan lupa untuk memberikan pujian kepada tuan rumah. Di Indonesia kita biasa memberikan ucapan terima kasih, namun akan lebih baik jika memberikan pujian langsung mengenai hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Pujian dapat kalian sampaikan dengan kalimat pujian hangat sambil wajah tersenyum. Sikap ini akan menunjukkan rasa hormat kita kepada tuan rumah yang telah mengundang dan memberikan kita hidangan.
Demikian butir-butir tentang makna dibalik table manner yang sebaiknya kalian ketahui. Table manner merupakan budaya asal Perancis, namun dengan mengetahui makna di baliknya kita mampu menerapkan di lingkungan sekitar kita meskipun dengan gaya atau bentuk yang berbeda. Semoga bermanfaat!