Mohon tunggu...
Domi Udin
Domi Udin Mohon Tunggu... -

MENGAMATI, MENGKIRITISI, KETIDAK ADILAN DI DUNIA

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Steatmen Megawati, Ciri Feodalisme Khas Ngotot Pemimpin Orde Baru

26 Januari 2014   16:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebenarnya ini berita sudah agak basi atau terlamabat kalau di bandingkan dengan para penulis yang sudah berseliweran menayangkan tulisan tentang Megawati ketika belia di daulat di acara Mata najwa, hampir dua pekan yang lalu. Namun saya sengaja menunda tulisan yang menyangkut kesimpulan apa yang menggambarkan bagaimana sebenarnya sosok Megawati itu.
saya masih ingat ketika di akhir kepemimpinan Soeharto dulu, ketika itu masyarakat sudah resah dan gundah gulana dengan kepemimpinan Soeharto yang bukan hanya sudah terlalu lama, sehingga menimbulkan semacam anggapan kalau negara ini bak negara kerajaan yang di pimpin secara mutlak oleh seorang presiden yang di pilih rakyat. Namun kenyataanya Soehartolah yang hampir selama lima periode menjadi persiden di negri ini.

Juga rakyat yang merasa di bungkan dan di hilangkan kebebasan bersuaranya, terutama para mahsisiwa yang kala itu masih begitu murni  menyuarkan suara mereka kalau mereka berhak berusuara bebas, dan di dengar suaranya. Karena pada saat kepemimpinan Soeharto rakyat kecil tidak merasakan menjadi pesakitan dan di anak tirikan kesejahteraannya oleh kepemimpinan Soeharto. Namun mahasiswalah yang pada saat itu ada banyak yang di tunggangi oleh kepentingan asing yang menyokong terjadinya penggulingan pemerintah soeharto yang sudah mengancam dunia Barat dan Eropa, baik secara ekonomi dan tehnologi, karena Indonesia di bawah kepemimpinan Soeharto, sudah berani membuat pabrik pesawat terbang dan begitu banyak merekrut tenaga kerja asing yang menambah warna semakin bergengsinya kota Bandung pada waktu itu.

Selain itu juga, Soeharto telah berhasil menekan nilai mata uang Dolla menjadi tidak signifikan nilainya dengan mata uang rupiah yang pada saat itu kita patut berbangga, juga Indonesia begitu di hargai dan di anggap negara yang berwibawa dan tak mudah di eksploitasi kekayaan alamnya begitu saja, tidak seperti sekarang ini.

Namun kesalahan yang membuat Indonesia begitu terpuruk setelah melengserkan presiden Soeharto sampai saat ini adalah, soeharto tak mau mendengar resah gelisah yang di suarakan oleh raykatnya, yang sudahresah karena mereka merasa terlalu lama negri ini di pimpin olehnya.

Padahal kalu saat itu, Soeharto mau memberikan tapuk kepresidenan kepada calon lainnya, yang di anggap mumpuni meneruskan kejayaan negri ini, dengan cara ia menjadi orang yang mengarahkan dari belakang atau penasehat presiden saja. Di mana ia sebagai orang yang telah berhasil membawa negri ini menjadi begitu berharga di dunia, tentu hal itu akan menjadi lain ceritanya, dan nama Soeharto akan di kenang sebagai bapak pembangunan yang di kagumi sampai saat ini.

Namun karena ambisi dari orang-orang di belakang Soeharto yang terus memasang badan pak Harto yang saat itu bukan saja beliau sudah cukup uzur untuk tetap menjadi seorang persiden, juga beliau begitu pincang dengan kepergian belahan jiwanya,  penyemangat hidupnya dari masa perjuangan menjadi pahlawan perang melawan penjajah, sampai beliau menjadi presiden yakni istri tercinta ibu Tien yang telah lama berpulang mendahulinya.

Hal itu menjadi hal yang sangat berpengaruh di segala kebijakan dan ketajaman strategi dan tindakan Soeharto, Karena istilah di balik seorang pria yang hebat,  terdapat istri yang lebih hebat, yakni ibu Tien Soeharto yang tak di ragukan lagi kehebatannya. Namun sayangnya semua orang di belakang Soeharto, termasuk anak-anaknya yang  tak pernah puas  terus kemaruk dan serakah, hingga tak ada yang memperdulikan kondisi Soharto yang merasa ia harus loyak dan mengikuti apa kata dan dorongan dari orang-orang yang selama ini loyal kepadanya. Dan juga orang-orang yang di cintainya yakni anak-anaknya yang terus mendorong beliau untuk maju menjadi presiden di periode berikutnnya.

Suara dari bawah, yakni suara rakyat yang sudah gerah dan gundah gulana dengan kepemimpinan Soeharto yang sudah di anggap terlalu lama dan diktator itu.  Juga tak di hiraukan oleh para loyalitas Soeharto yang serakah dan ambisius.

Akhirnya apa yang terjadi, Soeharto menjadi mantan presiden yang di hujat di sana-sini dan di beritakan di luar negri sebagai presiden yang diktator ,  yang sebenarnya mereka senang dan lega, karena inilah saatnya untuk mengobrak- abrik segala tatanan dan benteng kewibawaan yang sudah di buat oleh Soeharto selama masa kepemimpinannya. Dan itu terbukti bagaimana kacau dan carut marutnya negara kita saat ini.

Dari sejarah di atas tadi, saya melihat ada suatu gejala yang sama yang di alami oleh Megawati saat ini. Melihat steatemen pernyataan dari Megawati tentang pencalonan presiden Jokowi yang di tunggu-tunggu itu, sepertinya Megawati masih berhasrat untuk maju menjadi presiden karena ada beberapa faktor yang menjadi pendorong kenapa ia masih begitu berambisi untuk menjadi presiden.

Faktor dorongan dari orang-orang yang selama ini loyal di parteinya yang terus mendorong Megawati untuk tetap maju menjadi presiden karena dorongan kepentingan pribadi. Karena kalau Jokowi sampai maju menjadi presiden, tak dan harapan bagi mereka untuk mengadakan cara bagi-bagi jatah proyek dan kong kalikong harus balik modal dari perjuangannya menjadi loyalitas PDIP selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun